Selasa, 31 Desember 2024

Tidak akan dimasukkan ke NERAKA orang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dengan jujur

 Tiada seorang yang menyaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan penuh kejujuran dari hatinya, kecuali diharamkan oleh Allah terhadap neraka.  (HR Bukhari)

ما شهد أحد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله صادقاً من قلبه إلا حرم الله النار.  (HR البخاري)
ma shahid 'ahad 'an la 'iilah 'iilaa allah wa'ana mhmdaan rasul allah sadqaan min qalbih 'iilaa haram allah alnaaru. (HR albukhari)

Kamis, 26 Desember 2024

TINGGALKAN YANG MERAGUKAN


وعَنْ أَبِي محمد الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قال: حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: «دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الكَذِبَ رِيبَةٌ». رواه الترمذي وقال حديث صحيح

Tinggalkan dan beralihlah dari sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu  yang tidak meragukanmu. Sungguh kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedang dusta menggelisahkannya” (HR. Tirmidzi Dan Dia berkata bahwa hadis ini sahih).


Faedah hadits 

1. sifat wara' (kehati-hatian) adalah menjauhi segala yang meragukan dan yang masih samar-samar, serta menghindarinya. Karena sesungguhnya yang murni  halal  tidak menimbulkan keraguan dalam hati seorang mukmin. Dan barang siapa yang menjauhi yang meragukan, maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya."

2. Berhati-hati dalam meninggalkan hal-hal yang meragukan hanya dapat dicapai oleh orang yang keadaan hidupnya lurus dan Istiqomah dalam ketakwaan serta kebaikan. Adapun orang yang melanggar hal-hal yang jelas diharamkan namun berhati-hati terhadap perkara syubhat, maka itu adalah sikap wara' yang semu dan kebodohan yang menipu.

3. Kembali kepada kata hati saat menghadapi keraguan yaitu dengan mengikuti apa yang membuat hati merasa tenang dan dada merasa lapang. Itulah kebaikan dan yang halal. Karena kebaikan membuat hati merasa tenang, sedangkan yang bertentangan dengan itu adalah dosa, perbuatan haram, dan keburukan yang membuat hati merasa ragu dan tidak tenang. Namun, perlu dipastikan bahwa hati tidak condong karena dorongan hawa nafsu yang kuat atau keinginan sebelumnya, karena hasil (keputusan) adalah bayangan dari pendahuluan (niat dan motivasi).


Sumber: Al bahjah an-nadzirin syarah riyadus Sholihin Li an-Nawawi (pensyarah: syekh Salim bin ied Al hilali) jilid 1 Hal. 121 - 122



Bermakmum Kepada Imam Yang Shalat Sunnah

 Tidak ada larangan orang yang melakukan shalat wajib bermakmum kepada orang yang sedang melakukan shalat sunnah. Hal ini terjadi pada masa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dimana Muadz bin Jabal malekukan shalat wajib Bersama Nabi, kemudian melakukan shalat sunnah di tempat kaumnya dan anggota kaumnya melakukan shalat wajib bermakmum kepada Muadz. Demikian Riwayat Al-Bukhari, jelasnya dapat diikuti Hadits berikut,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّ مُعَاذَا كَانَ يُصَلِّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشَاءَ الْآخِرَةِ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى قَوْمِهِ فَيُصَلِّى بِهِمْ تِلْكَ الصَّلَاةَ.

Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu ia berkata: "Sesungguhnya Muadz bin Jabal dahulu melakukan shalat isya, kemudian Kembali ke kaumnya dan melakukan shalat sunnah beserta kaumnya shalat isya." (HR Bukhari)

Rabu, 25 Desember 2024

Hutang Dibayar Dengan Kebaikan

 Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.  (HR Ibnu Majah)


Selasa, 17 Desember 2024

SYIRIK

 Syirik (mempersekutukan) Allah SWT dengan sesuatu (makhluk) 

Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah. Syirik merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Salah satu contoh perbuatan syirik adalah mempercayai ramalan bintang. Secara etimologi, syirik berasal dari kata syarikat yang berarti penyekutuan atau penyerikatan. Secara terminologi, syirik adalah keyakinan bahwa Allah lebih dari satu. Atau menganggap ada yang berkuasa selain Allah, memberi nikmat atau mendatangkan mudarat selain dari pada Allah SWT. 

Jadi syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain dalam bentuk perkataan, perbuatan, dan i’tiqad (kepercayaan).

Syirik ada dua macam, yakni syirik rububiyah dan syirik uluhiyah. Syirik rububiyah yaitu meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan sifat ar-rububiyah lainnya. 

Sedangkan syirik uluhiyah adalah meyakini dan atau mengamalkan, bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak disembah.

Nasehat Lukman kepada anaknya, Qs. Luqman (31) ayat 13

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Allah Swt menegaskan dalan Al Qur’an bahwa dosa syirik tidak diampuni. Qs. An-Nisa' (4) ayat 48

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.

Menganggap al Masih (Nabi Isa) sebagai anak Allah adalah syirik dan bahkan Al Qur'an menyebutnya kafir

Qs. Al-Ma'idah (5) ayat 72

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.

Mengikuti dan mengutamakan hawa nafsu termasuk syirik dan sesat

Al-Jasiya (45) ayat 23

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran (tak dpt mendengar nasihat tentang tanda-tanda kekuasaan Allah) dan hatinya (tak dapat metasakan kekuasaan Allah) serta meletakkan tutup atas penglihatannya (sehingga tak bisa melihat bukti-bukti kekuadaan Allah) ? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Mengutamakan kehidupan dan kesenangan dunia termasuk syirik Qs. 79 (An-Nazi'at :

فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39)

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, (mempertuhankan harta dan segala kemewahannya, kekuasaan, dsb.) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). 

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). 

Menganggao Sebab (penyebab) sebagai Penentu atau sebagai sesuatu yang menentukan termasuk syirik

Contoh :  Qarun, mengaku kaya sebab ilmunya (kepandaiannya mencari harta) 

Qs. Al-Qasas/28 ayat 78

قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ

Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia (Qarun) tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.

Al-Qasas/28 ayat 79

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Al-Qasas/28, ayat 80

وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ

Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.”

Al-Qasas/28 ayat 81

فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ

Maka Kami benamkan (tenggelamkan) dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.

Contoh-contoh perbuatan shirik : 

Berdoa (memohon) kepada orang yang Sudah Meninggal

Mengutip buku Syarah 'Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (2006: 172), berdoa kepada selain Allah, seperti bedoa meminta suatu hajat, isti’anah (minta tolong), istighotsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati, baik itu kepda Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat, atau minta rizki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan lainnya selain Allah adalah syirik akbar (syirik besar).

Mencintai sesuatu seperti mencintai Allah SWT termasuk syirik 

Mencintai seseorang secara berlebihan, dalam arti menyetarakan cintanya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah, juga termasuk salah satu contoh perbuatan syirik.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Baqarah ayat 165, yang berbunyi,

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْع…

Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Percaya pada Ramalan Bintang

Jika seseorang membaca ramalan bintang dan mempercayai bahwa ramalan itu berpengaruh pada kehidupannya, hal tersebu masuk pada contoh musyrik.

Namun, membaca ramalan bintang itu hanya sebagai hiburan, maka tidak melakukan perbuatan maksiat dan dosa.

Bersumpah dengan Selain Nama Allah

Contoh perbuatan syirik lainnya adalah bersumpah atas nama selain Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad).

Memakai Jimat

Seseorang yang mengenakan peniti, cincin, gelang, dan lain sebagainya, kemudian mempercayainya sebagai penangkal marabahaya, maka orang tersebut telah melakukan perbuatan syirik.

Syirik modern 

Syirik adalah menyekutukan Allah, atau menyamakan Allah dengan makhluk-Nua dalam hal rububiyah atau uluhiyah-Nya. 

Dulunya kita kenal zaman modern, sekarang millenial atau zaman digital. 

Jadi, Syirik Zaman Modern yaitu menyekutukan Allah yang tanpa terasa dan tanpa disadari namun banyak yang melakukan dan secara terang- terangan dilakukan umat beragama islam sendiri. Berupa Hidup Materialistik dan lebih senang uang daripada melakukan ibadah.

Syirik yang berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu mempersekutukan Allah secara terang-terangan. Namun syirik modern ini adalah syirik khafı yaitu mempersekutukan Allah secara tidak sadar

Jadi syirik jali ialah syirik yang terang, nyata yang  menyebabkan seseorang itu dianggap jatuh ke tahap kufur.

Syirik khafi (tersembunyi) yang menyebabkan hilang atau lhapusnya pahala seseorang. 

Syirik itu banyak berkaitan dengan perbuatan ria (pamer) di dalam beramal atau melakukan sesuatu perkara syirik. 

Bentuk bentuk syirik modern (syirik khafi). 

> Menganggap yang menyembuhkan penyakit adalah dokter, tabib atau obat yang diminum. Padahal dokter, tabib atau obat hanyalah washilah/sarana, yang menyembuhkan adalah Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya: "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku." [QS Asy Syu'ara: 80]


> Menganggap tubuh tetap sehat dan bugar karena pola makan yang seimbang olah raga yang teratur. 

Pada hal hakikatnya yang memberikan kesehatan adalah Allah. 


> Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau kepiawaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. 

Pada hal jbatan diperoleh karena atas kehendak Allah, 


> Panen melimpah, karena keprofesionalannya mengolah tanah pertanian. Yang menumbuhkan tanaman adalah Allah

> Anak-anaknya pintar karena gizi yang diberikan memenuhi standar gizi yang ditentukan. 

Pada hal Allah Maha kuasa mencerdaskan seseorang, 

> Seseorang bisa sampai ke tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya menyetir kendaraan. 

Pada hal jika Allah tidak menghendaki maka sepintar apapun kita menyetir, tidak akan sampai ke tujuan

> Mempertuhankan undang-undang buatan manusia atau syirik undang-undang, dengan mengesampingkan undang-undang Allah

Bentuk syirik modern juga sebagai berikut:

• Kesyirikan dalam ramalan horoskop dan Fengshui

Perbuatan syirik melalui sms

• Penayangan film-film horor yang merusak keimanan

TULANG EKOR

 "Sesungguhnya pada diri manusia ada satu tulang yang tidak dimakan tanah selamanya. Padanya manusia disusun (kembali) pada hari Kiamat." Para sahabat bertanya, “Tulang apakah itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, “Tulang ekor."  (Hadits Riwayat  Muslim)

«إن في الإنسان عظمًا واحدًا لا تأكله الأرض أبدًا، يحشر فيه الإنسان يوم القيامة». فسأل الصحابة: ما هذا العظم يا رسول الله؟ قال: عظم الذنب.  (حديث تاريخ المسلمين)
<<'iina fi al'iinsan ezman wahdan la takuluh al'ard abdan, yahshur fih al'iinsan yawm alqiamati>>. fasa'al alsahabatu: ma hadha aleazm ya rasul allahi? qali: eazm aldhunba. (hadith tarikh almuslimMusli

Sabtu, 14 Desember 2024

Dengan Sholat Dosa-dosa Berguguran

 "Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan sholat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya." (Hadits Riwayat Ahmad).

بل إن العبد المسلم إذا أخلص صلاته لله تساقطت خطاياه كما يتساقط ورق الشجرة (حديث رواه أحمد).
bal 'iina aleabd almuslim 'iidha 'akhlas salatah lilah tasaqatat khatayah kama yatasaqat waraq alshajara (hadith rawah 'ahmadu).

Kamis, 12 Desember 2024

KISAH SUN NUN

 Kisah Sun Nun (Nabi Yunus) dalam Alquran. Allah SWT berfirman :

{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (98) }
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)

Al-Qalam, ayat 48-52
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ (48) لَوْلَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ (49) فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (50) 
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhan-mu, dan janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada di dalam (perut) ikan ketika ia berdoa, sedangkan ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. 

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88) }
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang orang yang beriman. (Qs. 21/87 - 88).

Ash-Shaffat, ayat 139 - 148 
{وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148) }
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.

Selasa, 10 Desember 2024

Konsep Aqidah Dalam Islam

a. Pengertian Aqidah dan Ruang Lingkup Pembahasannya

o Menurut bahasa (etimologi), Aqidah dari kata ‘Aqada’ ‘Ya’qidu’  ‘Aqidatan’, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh (kuat). Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyaqinan (Al-Munawwir, 1984, hal.1023).  Keyaqinan itu tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

o Secara terminologi (istilah), Aqidah terdapat beberapa istilah (ta’rif) antara lain :

o Menurut Hasan Al-Banna:

o Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyaqini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyaqinan yg tdk bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.

o Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

o Aqidah adalah sejumlah kebenaran yg dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yg bertentangan dengan kebenaran itu.

o Dari kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum berdasarkan pertimbangan akal, fitrah dan wahyu, yang dengan keyakinan itu dapat menentramkan hati. 

o Hal itu sesuai dengan aqidah kita, aqidah ummat Islam, yaitu rukun-rukun Iman dan Islan yang diterima dari Nabi Saw berdasarkan wahyu dan sunnah. Kemudian dibuktikan dengan mengamalkannya. 

o Beberapa istilah lain tentang aqidah 

o 1. Iman 

o Ada yg mengidentikkan iman dan aqidah dan ada yang membedakannya. Abu Hanifah mengatakan bahwa iman adalah i’tikad (aqidah) sedangkan amal shaleh adalah bukti keimanan tetapi tdak dapat dikatakan iman. Sebaliknya, Imam Ahmad, Malik dan Syafi’i mengatakan bahwa iman adalah “I’tiqadu biljanan wa nutqun billisan wa’amalun bil arqaan.” (sesuatu yg diyakini dalam hati, diucapkan dgn lisan dan diamalan dgn anggota tubuh. Maka iman dan aqidah di sini tdk persis sama.

o 2. Tauhid

o Tauhid artinya mengesakan Allah. Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab ituaqidah dan iman diidentikkan juga dgn tauhid. 

o 3. Ushuluddin

o Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaan Islam.

o 4. Ilmu Kalam

o Kalam artinya berbicara atau pembicaraan. 

o Aqidah disebut juga ilmu kalam karena banyaknya dialog dan perdebatan antara pemikir tentang masalah aqidah. 

o 5. Fikih Akbar

o Fikih akbar artinya fikih besar.

o Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafakkuh fiddin seperti disebutkan dlm alQur’an Surat At-Taubat, ayat 122, yg dimaksud dlm ayat ini bukan sja masalah fikih, tetapi juga masalah aqidah. Untuk membedakan dengan masalah hukum maka ditambah kata akbar,sehingga disebut fikih akbar.

o Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

o Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah mencakup :

o Iman kpd Allah

o Iman kpd Malaikat-Malaikat-Nya

o Iman kpd Kitab-Kitab Allah

o Iman kpd Nabi dan Rasul

o Iman kpd Hari Akhir

o Iman kpd Taqdir Allah

o b. Sumber Aqidah 

o Sumer aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan Allah Swt dlm Al-Qur’an dan Rasulullah dalam Sunnahnya wajib kita yaqini dan kita amalkan.

o c. Prinsip-prinsip Aqidah 

1. Apa yg didpt dari indera dapat diyakini bila sesuai dengan akal dan pengalaman masa lalu.’

2. Keyakinan dapat diperoleh dengan menyaksikan langsung, dapat pula dengan mendengarkan melalui berita jika pembawa berita dapat dipercaya kejujurannya.

3. Tidak bisa mengingkari sesuatu hanya karena tdk bisa dijangkau oleh indera. Indera penglihatan mata sangat terbatas. Demikian pula pendengaran telinga.

4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yg sdh pernah dijangkau oleh inderanya. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.

5. Iman adalah fitrah setiap manusia.

6. Kepuasan material manusia sangat terbatas.

7. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekwensi logis tentang adanya Allah. 

o d. Fungsi Aqidah

o Sebagai fondasi untuk mendirikan bangunan Islam.

o Aqidah merpakan bagian yg tdk dpt dipisahkan dari aspek-aspek Islam lainnya. Seperti : 

o Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Mu’amalah. Atau 

o Aqidah, Syariat dan Akhlak. Atau 

o Iman, Islam dan ihsan.

o Aqidah merupakan dasar untuk memiliki Ibadah yg baik dan akhlak yang mulia.

o Aqidah merupakan dasar untuk diterimanya amal atau tidak.

o Iman kpd Allah Swt

o Untuk membuktikan adanya (wujud) Allah Swt, ada beberapa dalil :

o Dalil Fitrah 

Contoh

QS. Az-Zumar ayat 49

فَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَاۖ  ثُمَّ اِذَا خَوَّلْنٰهُ نِعْمَةً مِّنَّاۙ قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ ۗبَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Qs. Yunus (10(, ayat 22

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus ayat 22).

o Dalil Naqli (al-Qur’an dan Sunnah) disebut juga ayat-ayat Qauliyah

Contoh 

Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah ayat 23-24).

Dalil Aqli (akal) disebut juga ayat-ayat Qauniyah

Contoh

Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi dengan sanad-sanadnya, bahwa ketika Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang munafik. Yaitu firman-Nya, 'Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...' (Al-Baqarah: 17) dan firman-Nya, 'Atau bagaikan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit...' (Al-Baqarah: 19). Orang-orang munafik itu berkata, 'Allah terlalu agung dan mulia untuk membuat perumpamaan - perumpamaan ini.' Maka Allah berfirman,

Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik, (Al-Baqarah ayat 26).

Jadi contoh ayat-ayat Qauniyah seperti Nyamuk, atau hewan yang lebih kecil dari nyamuk seperti Kunang-kunang, dsb. Coba fikirkan, bagaimana kecilnya matanya, lubang telinganya, telurnya, perutnya, dsb. Adakah manusia yang mampu membuat seperti itu? 



MEMBACA SURAT ALFATIHAH DALAM SHOLAT

 Hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى : قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ : {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ : مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، قَالَ: مَجْدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي - فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ : هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ : هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, "Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.
Apabila hamba-Ku membaca, " Alhamdulillahi rabbil 'alamin."
Allah Ta'ala berfirman, "Hamba-Ku memuji-Ku."
Apabila hamba-Ku membaca, "Ar- rahmanir Rahiim."
Allah Ta'ala berfirman, "Hamba-Ku kembali memuji untuk-Ku."
Apabila hamba-Ku membaca, " Maaliki yaumid diin."
Allah Ta'ala berfirman, "Hamba- Ku mengagungkan-Ku." Dalam riwayat lain, Allah berfirman, "Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku."
Apabila hamba-Ku membaca, " Iyyaka na'budu wa iyyaaka nasta'in."
Allah Ta'ala berfirman, " Ini antara diri- Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta."
Apabila hamba-Ku membaca, " Ihdinas- Shirathal mustaqiim....dst. sampai akhir surat."
Allah Ta'ala berfirman, "Ini milik hamba- Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta."
(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)

Senin, 09 Desember 2024

NABI MEMBIARKAN UMMATNYA BERKREASI TTG URUSAN DUNIA

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membiarkan ummatnya berkreasi, berinovasi mengenai urusan dunia. Tetapi menyangkut urusan agama beliau meminta diserahkan kepada beliau, artinya kita umatnya diminta untuk mengikuti sunnah beliau. 

Nabi ﷺ mendengar suara-suara, beliau lalu bertanya, "Suara apa ini?", para sahabat berkata, "Kurma yang mereka kawinkan". Beliau bersabda: "Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik." Maka, pada tahun itu para sahabat tidak lagi mengawinkan sehingga kurma-kurma mereka rusak. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada Nabi ﷺ, beliau lalu bersabda: "Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian maka itu urusan kalian, tetapi jika menyangkut urusan agama kalian maka kembalikanlah kepadaku." (إن كان في أمر دنياك شيء فهو شأنك، وإن كان في أمر دينك فرده إلي.

'iin kana fi 'amri dunyak shay' fahua shanuka, wa'iin kana fi 'amri dinik farudduhu 'iilaya (HR Ibnu Majah)

Minggu, 08 Desember 2024

ADAB BERDO'A KEPADA ALLAH

 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda 

ولا يقول أحدكم: اللهم اغفر لي إن شئت. اللهم ارحمني إن شئت. فليسأل بجدية، فإنه لا يجبره أحد." (رواه البخاري ومسلم).
wala yaqul 'ahadukum: allahuma aghfir li 'iin shita. allahuma arhamni 'iin shiti. falyas'al bijidiyatin, fa'iinah la yujbiruh 'ahadu." (rwah albukhariu wamuslami).
Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau menghendaki. Hendaklah ia serius meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya".  (HR Bukhari & Muslim)

Rabu, 04 Desember 2024

TAUHID

 Tauhid dan Urgensinya bagi Kehidupan Muslim

a. Pengertian Tauhid;
Menurut bahasa tauhid dari kata  أَحَدٌ  (ahad) artinya esa (satu/tunggal). Searti dgn kata واحد (wahid) = satu. Tetapi kata wahid ini memungkinkan berlanjut (berbilang), yaitu  واحد  (wahid) = satu, اثنين (itsnain) = dua, ثلاثة (tsalatsa) = tiga, dst.
Sedangkan kata اْ حَد atau اْلأَحَد dlm al-Qur'an surat al-Ikhlas tdk akan berlanjut (tidak berbilang). Maknanya adalah bahwa kata اْ حَد dlm surat al-Ikhlas yg tertulis  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa), hal itu menegaskan bahwa Allah Swt. benar-benar Esa, baik zat-Nya (dirinya), sifat-sifat-Nya yang tercermin dari asma' (nama-nama)-Nya. tidak sama dengan makhluk-nya. Seperti yg disebutkan dlm Surat Asy-Syura (42) ayat 11 :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

b. Makna kalimat Laa ilaaha illa Allah dan Konsekuensinya dalam kehidupan;
Kalimat Laa ilaaha illallah artinya kalimat persaksian (= janji dan sumpah). Janji atau sumpah itu pernah kita ucapkan di alam ruh, sebagaimana di sebutkan dlm al-Qur'an Surat ke-7 (al-a'araf) ayat 172 sbb.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ  ("Bukankah Aku ini Tuhan kalian?”) Mereka menjawab,  بَلَى شَهِدْنَا  "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”), (Kami lakukan yang demikian itu - Allah mengambil kesaksian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah (lalai) terhadap ini (kekuasaan Allah),
Maka makna yg terpenting dari kalimat Laa ilaha illallah adalah "Manusia dilahirkan dalam keadaan bertauhid". Ini sejalan dgn Hadits yg tertulis :
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kata fitrah ini juga disebutkan dlm Surat Ar-Rum (30) ayat 30.
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Sehingga dpt diambil pemahaman bahwa manusia dilahirkan :
> (1) Manusia dilahirkan dalam keadaan bertaihid (Qs.7/172).
> (2) Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (tdk berdosa) (HR. Bukhari & Muslim).
> (3) Manusia dilahirkan dlm keadaan (beragana) Islam (Qs.30/30).
Maka menurut hadits, setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah, kemudian bapaknya (orang tuanya) lah yg menjadikan Yahudi, atau Nasrani, atau Majuzi, maksunya adalah, setiap orang dilahirkan dalam keadaan (punya potensi) beragama Islam. Selanjutnya lingkungannya (terutama pendidikannya) yg menemtukan, apakah ia tetap beragama Islam, atau dia beragama Yahudi, Nasrani, Majuzi, atau agama lainnya, atau bahkan (bisa) tdk beragama.

c. Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan;
Ulama terdahulu (Imam Abu Hanifah - thn 150 H.)  beliau berkata :
“Allah Ta’ala diseru sedang Dia berada di atas, bukan di bawah. Karena posisi bawah bukanlah bagian dari sifat rububiyyah dan uluhiyyah sedikit pun.” (Al-Fiqh Al-Absath, hal. 51).
Imam Abu ‘Abdillah ‘Ubaidullah bin Muhammad bin Baththah Al-‘Ukbari rahimahullahu (wafat tahun 378 H), berkata : “Yang demikian itu karena pokok iman kepada Allah Ta’ala yang wajib diyakini oleh seorang hamba dalam menetapkan keimanan itu ada tiga macam:
Pertama, seorang hamba meyakini rububiyyah Allah Ta’ala, sehingga dengan keyakinan itu dia terbedakan dengan ahlu ta’thil (yaitu, orang-orang atheis) yang tidak menetapkan adanya Sang Pencipta.
Kedua, meyakini keesaan Allah ta’ala sehingga dengan keyakinan itu dia terbedakan dengan keyakinan orang-orang musyrik (orang yg mempetsekutukan Allah dgn sesuatu).
Ketiga, meyakini bahwa Allah ta’ala memiliki sifat-sifat yang harus dimiliki oleh Allah a’ala sendiri, yaitu sifat al-‘ilmu, al-qudrah, al-hikmah, dan semua sifat-sifat yang Allah Ta’ala sebutkan sebagai sifat-Nya dalam kitab-Nya (Al Qur'an).
Dari penjeladan tsb. dpt disimpulkan bahwa tauhid ada tiga,
(1) tauhid rububiyah (meyakini Allah Maha Pencipta, pemelihara, pelinding, pemberi rizki, dsb.)
(2) Tauhid uluhiyah (meyakini bahwa tdk ada Tuhan yg pantas disembah selain Allah Swt.
(3) Tauhid asma' wa sifat (Allah Swt. memiliki nama (yg dikenal 99 asma'al-husna) yg menunjukkan sifat-sifat-Nya.
Bagi setiap muslim, tauhid tersebut hendaknya mewarnai seluruh aspek kehidupan sosialnya. Baik dlm kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, seni budaya, dsb.

d. Jaminan Allah bagi orang yang bertauhid (Allah pasti menjamin orang yang bertauhid Kepada-Nya).

Jaminan ini dpt dilihat dalam kitab suci al-Qur'an dan hadits-hadits sahih.
Misalnya dalam Qs.41 ayat 30 - 32 :
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan (dan meyaqini), "Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendiriannya (beristiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut (tentang masa depanmu) dan janganlah kamu bersedih hati (bila engkau berpisah dengan keluargamu); dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” 

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) 

Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya (di surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...