Kamis, 24 Februari 2022

Sahabat Pebisnis Bertangan Emas

 Kisah Sahabat


Abdurrahman bin Auf, termasuk kelompok delapan yang mula-mula masuk Islam; termasuk kelompok sepuluh yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga; termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah (sebagai formatur) dalam pemilihan khalifah sesudah Umar bin Khattab r.a.; dan seorang mufti yang dipercayai Rasulullah saw. untuk berfatwa di Madinah selagi beliau masih hidup di tengah-tengah masyarakat kaum muslimin.

Namanya pada masa jahiliah adalah Abd Amr. Setelah masuk Islam Rasulullah saw. memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Itulah dia Abdurrahman bin Auf r.a.

Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah saw. masuk ke rumah Al-Arqam, yaitu dua hari sesudah Abu Bakar ash-Shidiq masuk Islam.

Sama halnya dengan kelompok kaum muslimin yang pertama-tama masuk Islam, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy, tetapi dia sabar dan tetap sabar.

Pendiriannya teguh dan senantiasa teguh. Dia menghindari dari kekejaman kaum Quraisy, tetapi selalu setia dan patuh membenarkan risalah Muhammad. Kemudian dia turut pindah (hijrah) ke Habasyah bersama-sama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan kaum Quraisy yang senantiasa menerornya.

Tatkala Rasulullah saw. dan para sahabat beliau diijinkan Allah hijrah ke Madinah. Abdurrahman menjadi pelopor bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam perantauan, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar. Maka Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ al-Anshari r.a.

Pada suatu hari Sa’ad berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, “Wahai saudaraku Abdurrahman! Aku termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah. Hartaku banyak. Saya mempunyai dua bidang kebun yang luas, dan dua orang pembantu. Pilihlah olehmu salah satu di antara kedua kebun itu, kuberikan kepadamu mana yang kamu sukai. Begitu pula salah seorang di antara kedua pembantuku, akan kuserahkan mana yang kamu senangi, kemudian aku nikahkan engkau dengan dia.”

Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu, kepadamu Keluargamu dan kepada hartamu. Saya hanya akan minta tolong kepada untuk menunjukkan di mana letaknya pasar Madinah ini.”

Sa’ad menunjukkan pasar tempat berjual beli kepada Abdurrahman. Maka, mulailah Abdurrahman berniaga di sana, berjual beli, melaba dan merugi. Belum berapa lama dia berdagang, terkumpullah uangnya sekadar cukup untuk mahar menikah. Dia datang kepada Rasulullah memakai harum-haruman. Beliau menyambut kedatangan Abdurrahman seraya berkata, “Wah, alangkah wanginya kamu, hai Abdurrahman.”

Kata Abdurrahman, “Saya hendak menikah ya Rasulullah.”

Tanya Rasulullah, “Apa mahar yang kamu berikan kepada istrimu?”

Jawab Abdurrahman, “Emas seberat biji kurma.”

Kata Rasulullah, “Adakan kenduri (walima), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkahi pernikahanmu dan hartamu.”

Kata Abdurrahman, “Sejak itu dunia datang menghadap kepadaku (hidupku makmur dan bahagia). Hingga seandainya aku angkat sebuah batu, maka dibawahnya kudapati emas dan perak.”

Dalam Perang Badar, Abdurrahman turut berjihad fi sabilillah, dan dia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, antara lain Umair bin Utsman bin Ka’ab bin Auf at-Taimy. Dalam Perang Uhud, dia tetap teguh bertahan di samping Rasulullah, ketika tentara muslimin banyak yang meninggalkan medan laga. Ketika selesai perang dan kaum muslimin keluar sebagai pemenang, Abdurrahman mendapatkan hadiah sembilan luka parah menganga di tubuhnya dan dua puluh luka kecil. Walau luka kecil, namun di antaranya ada yang sedalam anak jari. Sekalipun begitu, perjuangan dan pengorbanan Abdurrahman di medan tempur jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan perjuangan dan pengorbanannya dengan harta benda.

Pada suatu hari Rasulullah saw. berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum muslimin. Beliau berdiri ditengah-tengah para sahabat. Kata beliau, antara lain, “Bersedekahlah tuan-tuan! Saya hendak mengirim satu pasukan ke medan perang.”

Mendengar ucapan Rasulullah saw. tersebut, Abdurrahman bergegas pulang ke rumahnya dan cepat pula kembali ke hadapan Rasululalh di tengah-tengah kaum muslimin. Katanya, “Ya Rasulallah! saya mempunyai uang emapt ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah dan dua ribu saya tinggalkan untuk keluarga saya.” Lalu uang yang dibawa dari rumah itu diserahkan kepada Rasulullah dua ribu.

Sabda Rasulullah, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu terhadap harta yang kamu berikan dan semoga Allah memberkati pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu.”

Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi Perang Tabuk, beliau membutuhkan jumlah dana dan tentara yang tidak sedikit, karena jumlah tentara musuh, yaitu tentara Rum cukup banyak. Di samping itu, Madinah tengah mengalami musim panas. Perjalanan ke Tabuk sangat jauh dan sulit. Dana yang tersedia hanya sedikit. Begitu pula hewan kendaraan tidak mencukupi. Banyak di antara kaum muslimin yang kecewa dan sedih karena ditolak Rasulullah saw. menjadi tentara yang akan turut berperang, sebab kendaraan untuk mereka tidak mencukupi. Mereka yang ditolak itu kembali pulang dengan air mata bercucuran kesedihan, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk disumbangkannya. Mereka yang tidak terima itu terkenal dengan nama Al-Bakkaain (orang yang menangis) dan pasukan yang berangkat terkenal dengan sebutan Jaisyul ‘Usrah (pasukan susah).

Karena itu, Rasulullah memerintahkan kaum muslimin mengorbankan harta benda mereka untuk jihad fii sabilillah. Dengan patuh dan setia kaum muslimin memperkenankan seruan Nabi yang mulia. Abdurrahman turut memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Maka kata Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah saw., “Agaknya Abdurrahman berdosa, tidak meninggalkan uang sedikit juga untuk istrinya.”
(1 uqiyah emas = 31,72 gr emas × 200 = 6.544 gr emas × Rp. 500.000 = Rp. 3.272,000,000,-).

Rasulullah saw. bertanya kepada Abdurrahman, “Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk istrimu?”

Abdurrahman menjawab, “Ada! mereka saya tinggalikan lebih banyak daripada yang saya sumbangkan.”

Tanya Rasulullah saw., “Berapa?”

Jawab Abdurrahman, “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah.”

Pasukan tentara muslimin berangkat ke Tabuk. Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperolah kaum muslimin seorang jua pun, yaitu ketika waktu salat sudah masuk, Rasulullah terlambat hadir. Maka, Abdurrahman menjadi imam salat berjamaah bagi kaum muslimin ketika itu. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu beliau salat di belakang Abdurrahman dan mengikutinya sebagai makmum. Apakah lagi yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad Rasulullah saw.

Setelah Rasululalh saw. wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan ummahatul mukminin (istri para Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu yang mulia itu bila bepergian. Apabila para ibu tersebut pergi haji, Abdurrahman turut pula bersama-sama mereka. Dia yang menaikkan dan menurunkan para ibu itu ke atas haudaj (sekedup) khusus mereka. Itulah salah satu bidang khusus yang ditangani Abdurrahman. Dia pantas bangga dan bahagia dengan tugas dan kepercayaan yang dilimpahkan para ibu orang-orang mukmin kepadanya.

Salah satu bukti yang dibaktikan Abdurrahman kepada ibu-ibu yang mulia, ia pernah membeli sebidang tanah seharga empat ribu dinar. Lalu tanah itu dibagi-bagikannya seluruhnya kepada fakir miskin Bani Zuhrah dan kepada para ibu-ibu orang mukmin, istri Rasulullah. Ketika jatah ibu Aisyah r.a. disampaikan orang kepadanya, ibu yang mulia itu bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu buat saya?”

Orang itu menjawab, “Abdurrahman bin Auf.”

Kata ibu Aisyah r.a., Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku, kecuali orang-orang yang sabar.”

Begitulah doa Rasulullah saw. bagi Abdurrahman. Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya sepanjang hidupnya, sehingga Abdurrahman menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Perniagaannya selalu meningkat dan berkembang. Kafilah dagangnya terus-menerus hilir mudik dari dan ke Madinah mengangkut gandum, tepung, minyak, pakaian, barang-barang pecah-belah, wangi-wangian dan segala kebutuhan penduduk.

Pada suatu hari iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman terdiri dari tujuh ratus unta bermuatan penuh tiba di Madinah. Ya! tujuh ratus ekor unta bermuatan penuh, tidak salah. Semuanya membawa pangan, sandang, dan barang-barang lain kebutuhan penduduk. Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar. Terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk. Sehingga Aisyah bertanya, “Suara apa hiruk pikuk itu?”

Dijawab orang, “Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan tujuh ratus ekor unta bermuatan penuh membawa pangan, sandang serta lainnya.

Kata Asiyah r.a. “Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar Rasululalh saw. bersabda, “Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak (karena surga sudah dekat sekali kepadanya).”

Sebelum menghentikan iring-iringan unta, seorang pembawa berita mengatakan kepada Abdurrahman bin Auf berita gembira yang disampiakan Aisyah, bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga. Serentak mendengar berita itu, bagaikan terbang ia menemuai ibu Aisyah. Katanya, “Wahai Ibu, apakah Ibu mendengar sendiri ucapan itu diucapkan Rasulullah?”

Jawab Aisyah, “Ya, saya mendengar sendiri.”

Abdurrahman melonjak kegirangan. Katanya, “Seandainya aku sanggup, aku akan memasukinya sambil berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya, kuserahkan untuk jihad fisabilillah.

Sejak berita yang membahagiakan itu, Abdurrahman pasti masuk surga, maka semangatnya semakin memuncak mengorbankan kekayaannya di jalan Allah. Hartanya dinafkahkannya dengan kedua belah tangan, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, sehingga mencapai 40.000 dirham perak. Kemudian menyusul pula 40.000 dinar emas. Sesudah itu dia bersedekah lagi 200 uqiyah emas. Lalu diserahkannya pula 500 ekor kuda kepada para pejuang.

Sesudah itu 1500 ekor unta untuk pejuang-pejuang lainnya dan tatkala dia hampir meninggal dunia, dimerdekakannya sejumlah besar budak-budak yang dimilikinya. Kemudian diwasiatkannya supaya memberikan 400 dinar emas kepada masing-masing bekas pejuang Perang Badar. Mereka berjumlah seratus orang, dan semua mengambil bagiannya masing-masing. Dia berwasiat pula supaya memberikan hartanya yang paling mulia untuk para ibu-ibu orang mukmin, sehingga ibu Aisyah sering mendoakannya, “Semoga Allah memberikannya minum dengan minuman dari telaga salsabil.”

Di samping itu, dia meningggalkan warisan pula untuk ahli warisnya sejumlah harta yang hampir tidak terhitung banyaknya. Dia meninggalkan kira-kira 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3000 ekor kambing, dia beristri empat orang. Masing-masing mendapatkan pembagian khusus 80.000, di samping itu masih ada peninggalannya berupa emas dan perak, yang kalau dia bagi-bagikan kepada ahli warinsnya dengan mengampak, maka potongan-potongannya cukup menjadikan seorang ahli warisnya manjadi kaya raya.

Begitulah karunia Allah SWT kepada Abdurrahman berkat doa Rasulullah kepadanya semoga Allah memberkatinya dan hartanya.

Walaupun begitu kaya rayanya, harta kekayaan itu seluruhnya tidak mempengaruhi jiwanya yang penuh iman dan takwa. Apabila ia berada di tengah-tengah budaknya, orang tidak dapat membedakan di antara mereka, mana yang majikan dan mana yang budak.

Pada suatu hari dihidangkan orang kepadanya makanan, padahal dia puasa. Dia menengok makanan itu seraya berkata, “Mushab bin Umair tewas di medan juang. Dia lebih baik daripada saya, waktu dikafani, jika kepalanya ditutup, maka terbuka kainnya. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sesungguhnya saya sangat takut kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah memberikannya kepada kita (di dunia ini).”

Sesudah berkata begitu, dia mengangis tersedu-sesudu, sehingga nafsu makannya jadi hilang.

Berkatalah Abdurrahman bin Auf dengan ribuan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Rasulullah saw. yang ucapannya selalu terbukti benar telah memberinya kabar gembira dengan surga jannatun na’im.

Telah turut menghantarkan jenazahnya ke tempatnya terakhir di dunia, antara lain sahabat yang mulia Sa’ad bin Abi Waqqash. Pada salat jenazahnya turut pula, antara lain, Dzun Nurain, Utsman bin Affan. Kata sambutan saat pemakaman, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.

Dalam sambutannya antara lain Ali berkata, “Anda telah mendapatkan kasih sayang, dan Anda berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah senantiasa merahmati Anda. Amin!”.

(Sumber: Dikutip dan diedot dari Aplikasi "Kisah Nyata Islami.").


Sabtu, 19 Februari 2022

Harta Milik Kita Yang Sebenarnya

 Kisah Nyata


Kita sering salah menyikapi "harta milik kita  yang sebenarnya" banyak orang menumpuk hartanya di bank, investasi saham, membeli tanah,  rumah,  mobil  dan  lain  sebagainya.
Apakah benar itu milik kita yang sebenarnya?

Untuk menjawabnya marilah kita belajar dengan kisah Ibu Ella yang sangat sederhana ini:

Ibu Ela adalah wanita yang pekerjaannya mengumpullkan sampah plastic dari kemasan. Cuma untuk memperolehnya, dia harus memungutnya di sungai. wanita paruh baya itu, kurus, rambutnya diikat ke belakang, banyak warna putihnya itu berumur 54 tahun, inilah petikan wawancara tim Uang Kaget RCTI dengan Bu Ela

“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam. Ada apa ya Pak?” tanya Ibu Ela..
“Saya dari tabloid An Nuur, mendapat cerita dari seseorang untuk menemui Ibu. Kami mau wawancara sebentar, boleh Bu…?” saya menjelaskan, dan mengunakan ‘Tabloid An Nuur’ sebagai ‘penyamaran’.
“Oh.. boleh, silahkan masuk.”

Ibu Ela, masuk lewat pintu belakang. Saya menunggu di depan. Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya nyala, dan pintu depan pun dibuka.

“Silahkan masuk…”
Saya masuk ke dalam ‘ruang tamu’ yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot. Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir. Rupanya Ibu Ela hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja. Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan. Berhemat katanya.

“Sebentar ya Pak, saya ambil air minum dulu” kata Ibu Ela.
Yang dimaksud Ibu Ela dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar dan diatasnya ada sebuah panci yang diisi air. Ibu Ela harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya.

“Iya Bu.. ngga usah repot-repot.” Kata saya ngga enak.

Kami pun mulai ngobrol, atau ‘wawancara’.
Ibu Ela ini usianya 54 tahun, pekerjaan utamanya mengumpulkan plastic dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo. Ketika saya Tanya aktivitasnya selain mencari plastic,
“Mengaji…” katanya

“Hari apa aja Bu…?” Tanya saya

“Hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu…” jawabnya. Hari Jum’at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibunya yang dirawat di rumahnya.

Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak. Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibu-ibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela dan otomatis akan mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Ela.

Hmm, sambil menyelam minum air rupanya. Sambil mengaji dapat plastik.

Saya tanya lagi,
“Paling jauh pengajiannya dimana Bu?”
“Di dekat terminal Bubulak, ada mesjid taklim tiap Sabtu. Saya selalu hadir; ustadznya bagus sih…” kata Ibu Ela.

“Kesana naik mobil dong..?” tanya saya.
“Saya jalan kaki” kata Ibu Ela
“Kok jalan kaki…?” tanya saya penasaran.

Penghasilan Ibu Ela sekitar Rp 7.000 sehari. Saya mau tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya. Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari.

“Iya.. mas, saya jalan kaki dari sini. Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil. Kalau saya jalan kaki, khan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos, nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz…” Ibu Ela menjelaskan.

“Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?” Saya melongo. Khan Ibu ngga punya uang, gumam saya dalam hati.

“Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz… buat sedekah.” Kata Ibu Ela, datar.

“Kenapa Bu, kok dikasihin?” saya masih bengong.

“Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu udah pasti milik saya di akherat, dicatet sama Allah…. Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain, mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah….” Ibu Ela menjelaskan, kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat.

Dzig! Saya seperti ditonjok Cris John. Telak!
Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya. Saya Merinding!

Ibu Ela tidak tahu kalau dia berhadapan dengan saya, seorang sarjana ekonomi yang seumur-umur belum pernah menemukan teori pengelolaan keuangan seperti itu.

Jadi, Ibu Ela menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari untuk disedekahkan kepada sebuah majlis karena berpikiran bahwa itulah yang akan menjadi haknya di akherat kelak?

‘Wawancara’ yang sebenarnya jadi-jadian itu pun segera berakhir. Saya pamit dan menyampaikan bahwa kalau sudah dimuat, saya akan menemui Ibu Ela kembali, mungkin minggu depan.

Saya sebenarnya on mission, mencari orang-orang seperti Ibu Ela yang cerita hidupnya bisa membuat ‘merinding’..Saya sudah menemukan kekuatan dibalik kesederhanaan. Keteguhan yang menghasilkan kesabaran. Ibu Ela terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan tak terduga.

Minggu depannya, saya datang kembali ke Ibu Ela, kali ini bersama dengan tim kru televisi dan seorang presenter kondang yang mengenakan tuxedo, topi tinggi, wajahnya dihiasai janggut palsu, mengenakan kaca mata hitam dan selalu membawa tongkat. Namanya Mr. EM (Easy Money)

Kru yang bersama saya adalah kru Uang Kaget, program di RCTI yang sempat populer beberapa tahun lalu. Pihak RCTI telah memilih Ibu Ela sebagai ‘bintang’ di salah satu episode yang menurut saya salah satu yang terbaik. Saya mengetahuinya, karena dibalik kacamata hitamnya, Mr. EM seringkali tidak kuasa menahan air mata yang membuat matanya berkaca-kaca. Tidak terlihat di televisi, tapi saya merasakannya.

Ibu Ela mendapatkan ganti dari Rp 2.000 yang disedekahkannya dengan Rp 10 juta dari uang kaget. Entah berapa yang Allah akan ganti di akherat kelak.

Ibu Ela membeli beras, kulkas, makanan, dll untuk melengkapi rumahnya. Entah apa yang dibelikan Allah untuk rumah indahnya di akherat kelak...

Apa  yang dituturkan Ibu Ela itu sesuai dengan Hadits Nabi sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepada (orang tua)nya." (HR Muslim). 
Jadi ketiga amal tersebut (sedekah jariyah, ilmu yang pernah diajarkan, do'a anak soleh yang ditinggalkan) pahala (ganjaran)nya terus mengaliir selama amal itu masih bermanfaat bagi orang yang masih hidup sampai hari kiamat. Masya Allah.

(Sumber : Dikutip dan diedit dari Aplikasi, Cerita Motivasi).


Jumat, 18 Februari 2022

Dari Budak Hingga Menjadi Penghuni Surga

 

Kisah Sahabat

Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus dibaca berulang-ulang sepanjang zaman. Alur kisahnya membuat setiap orang tetap penasaran untuk membacanya.

Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bertaya kelpada Bilal. "Sewaktu Aku bermir'aj ke Shidratul Muntaha, dalam perjalanan aku mendengar suara terompahmu di surgai. Wahai Bilal, amalan apa yang engkau kerjakan hingga mendapatkan kemuliaan itu," kata Rasulullah.
Dengan tawahud, Bilal menjawab. "Hamba bukanlah apa-apa ya Rasulullah," kata Bilal. 
"Saya hanya mejaga diri saya selalu dalam keadaan berwudhu. Jika saya batal, maka saya akan kembali berwudhu dan mengerjakaan sholat sunnah dua rakaat setelahnya," kata Bilal.
(Baca : IHRAM.CO.ID,).

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayahnya meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru (Islam - mereka menyebut Isalam agama baru, dan menyembah berhala mereka srbut ahama nenek moyangnya) dan Rasul yang agung Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang tinggi.

Bilal termasuk orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Orang Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati  kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.x

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad (makna Ahad adalah sama dengan Laa ilaha illallah artinya tidak ada Tuhan yg hak disembah kecuali Allah) ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Dibebaska oleh Abu Bakar Ashshiddiq
Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan 9 (sembilan uqiyah) emas.
(1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas.
9 uqiyah emas = 285,73 gr x Rp 500.000,00 = 143.000.000). (BSH).

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”

Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”

Abu Bakar Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :

Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil
Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah
Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.

Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alalfalaahi…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah  Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.

Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.

Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..

Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”

AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.

Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..Bilal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.
_____________
JuJudul aplikasi : Kisah Perjuangan Bilal Bin Rabah Radiyallahi'anhu.
Sumber : Aplikasi 30 Sahabat Nabi, di Play Stote,


Kamis, 17 Februari 2022

Dicintai Nabi Meskipun Tidak Ada Orang Yang Mencintainya

 

Kisah Sahabat 

Julaibib adalah sahabat Nab yang terkenal setelah wafatnya. Di masa hidupnya banyak orang yang tidak suka padanya karena ia miskin, pakaiannya lusuh, perawakannya pendek dan tidak dikenal nasabnya (ketirinannya). Namun ia bersahabat dan dicintai oleh Nabi Saw. karena ketaatannya beribadah dan semangat jihadmya yang tinggi.

Setelah lama membujang akhirnya dinikahkan oleh Rasulullah Saw. dengan salah seorang wanita cantik di Madinah.   namun belum sempat berbulan madu, ada seruan jihad dari Rasulullah Saw. maka tidak pikir panjang, Julaibib pun langsung menuju ke medan perang dan ia syahid di sana. Padahal beliau sendiri belum pernah menyentuh sang istri. Masyaallah

Julaibib adalah seorang pemuda Madinah yang berperawakan pendek dan tidak memiliki wajah yang rupawan, tapi memiliki keindahan budi pekerti yang luhur. Ia juga memiliki jiwa yang bersih dan iman yang kuat serta keteguhan hati.

Julaibib merupakan salah satu sahabat dari kalangan Anshar, kecintaannya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membuatnya dicintai pula oleh Allah ta'ala. Hidupnya sangat mengagumkan.

Keutamaannya
Jika dilihat dari ciri-ciri fisiknya, Julaibib bukanlah sahabat berwajah tampan, ia tidak seganteng sahabat Nabi yang bernama Mush'ab bin Umair. Tapi ketahuilah bahwa ia memiliki keimanan yang kuat serta semangat jihad yang tinggi, tapi tidak sedikit penduduk Madinah yang memandangnya  sebelah mata.

Tetapi Allah Maha Tahu. Dia mengukur derajat hambaNya tidak seperti yang digambarkan oleh manusia. Kadang manusia terlihat tercela di mata manusia  lainnya, namun ternyata di sisi Allah dia adalah sebaik-baik manusia.

Diceritakan oleh Anas bin Malik, ia berkata, "Ada seorang sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang bernama Julaibib dengan wajahnya yang kurang tampan. bernama Julaibib. Semenjakmasuk Islam, ia menjadi seorang yang sangat cinta kepada Nabi. Rasa cintanya yang begitu besar ditunjukan dalam sikap dan perbuatannya. Juaibib selalu berada di masjid, rajin shalat bejamaah dan selalu di shaf terdepan. Ia juga srlalu mengikuti majlis ilmu Rasulullah untuk mendapatkan hikmah, pelajaran serta petunjuk.

Ia juga meneladani akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk bekalnya di dunia maupun di akhirat kelak. Saking besarnya rasa cintanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, sampai-sampai ia tidak pernah terlambat dalam melaksanakan perintah nabi, termaduk setian jihad.

Allah pun memberikan keistimewaan dengan menikahkan bidadari hurun'in di surga. Dimana ketika ia telah dinikahkan dengan seorang wanita cantik ternyata Allah berkendak lain, Allah lebih memilihnya untuk mempersunting bidadari di surga, karena ia telah syahid.

Kisah Cintainya
Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berjumpa dengan Julaibib, Rasulullah menawarkan pernikahan. Beliau berkata, "Hai Julaibib apakah engkau ingin menikah ?"
"Tidak ada yang mau menerima aku ya Rasulallah !" Jawab Julaibib.
Pada pertemuan kedua kalinya, Rasulullah kembali menghibur Julaibib dengan menanyakan tentang pernikahannya. Rasulullah bertanya, "Hai Julaibib apakah kamu sudah siap menikah ?"
"Adakah ada orang yang mau meneroma saya ya Rasulallah ?" Julaibib bertanya kembali.
"Engkau orang yang diterima di sisi Allah." Kata Rasulullah.

Demikian pula pada pertemuannya yg ketiga demgan Julaibib, Rasuullah mengajukan pertanyaan yg sama, dan Julaib pun menjawab demgan jawaban "tidak ada perempuan yg mau menerimanya.'
Akhirnya pada suatu hari, ada seorang ltokoh masyarakat dari kalangan Anshar datang menawarkan putrinya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi bersabda kepadanya, "Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu."

"Ya, dan sungguh itu suatu kehormatan, wahai Rasulullah," jawab laki laki Anshar tersebut.

Namun selang beberapa waktu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya, "Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku.”
"Lalu, untuk siapa?" tanyanya.
Beliau menjawab, "Untuk Julaibib."
Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya."
Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya lalu berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam melamar putrimu."

Isterinya menjawab, "Ya, dan itu suatu kehormatan. 
Suminya lalu berkata, "Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau."
"Lalu, untuk siapa?" Tanya isterinya.
"Beliau menginginkannya untuk Julaibib,"  Jawab suaminya.

Isterinya berkata, "Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib (maksudnya ia menolak). Tidak,  demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Meskipun, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan."

Sang ayah pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tiba-tiba putrinya itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, "Siapa yang melamarku kepada kalian?" "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam," jawab keduanya.
Anaknya berkata, "Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? Bawa aku menghadap beliau. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,"

Sang bapak pun setuju dan pergi menemui Nabi, seraya menyampaikan, "Wahai Rasulullah, terserah Anda. Nikahkanlah putriku dengan Julaibib."

Nabi shallallahu alaihi wasallam pun lantas menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya, "Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah."

Tidak lama setelah pernikahannya, Julaibib pun ikut dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Setelah peperangan usai, dan para sahabat mulai saling mencari korban peperangan satu sama lain. Nabi bertanya kepada mereka, "Apakah kalian kehilangan seseorang?"

Mereka menjawab, "Kami kehilangan fulan dan fulan." para sahabat menyebutkan mujahid yang gugur, namun tidak ada nama Julaibib.

Kemudian beliau bertanya lagi, "Apakah kalian kehilangan seseorang?"
Mereka menjawab, "Kami kehilangan si fulan dan si fulan." Lagi-lagi yidak ada nama Julaibib.

Kemudian beliau bertanya lagi, "Apakah kalian kehilangan seseorang?"
Mereka menjawab, "Kami kehilangan fulan dan fulan."

Beliau lantas bersabda, "Tetapi aku kehilangan Julaibib.”

Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang syahid. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik yang tewas. Rupanya dia telah membunuh mereka, kemudian mereka pun membunuhnya.

Nabi shallallahu alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata, "Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Julaibib adalah bagian dari diriku dan akupum bagian dari dirinya." (Kata-kata beliau menimjukkan betapa beliau menyayangi Julaibib meskipun tidak ada orang lain yang menyayanginya).
Lalu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menggendong mayat Julaibib di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

Demikianlah kisah Julaibib, sahabat Rasulullah shalaahu alaihi wassalam
Subahanallah, banyak hikmah dan patut diteladani dimana ketika Allah tidak ingin menikahkannya dengan salah satu wanita penduduk bumi, tapi ternyata Allah mengaruniakan kesyahidan kepadanya, ia gugur di jalan Allah. Lalu Allah menikahkannya dengan hurun'in, bidadari penduduk langit. Ia tidak terkenal di dunia namun terkenal di langit.

Judul asli : Kisah Sahabat Julaibib yang Mengharukan.
(Sumber : Aplikasi di Play Stote, "Kisah Nyata Islami.").
 


Rabu, 16 Februari 2022

Tetangga Nabi Di Surga

Kisah Sahabat :

Zubair Bin Awwam adalah salah seorang sahabat Nabi yang masuk Islam di masa-masa awal kenabian, bahkan ia termasuk diantara sembilan orang yang pertama-tama masuk Islam. Dan sebagai perintis perjuangan di rumah Arqam. (Rumah Arqam dikenal dengan Baitul Arqam, tempat Nabi pertama-tama menyampaikan wahyu dan  da'wah kepada para sahabat dan kerabat). Usianya waktu itu baru 15 tahun. Ia telah diberi petunjuk, cahaya, dan kebaikan saat remaja.

Sewaktu Nabi Saw. mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan  Thalhah dengan Zubair.  Sudah sejak lama Nabi Saw. bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.” Keduanya masih ketabat (keluarga) dan sahabat Nabi Saw.

Ia seorang yang berbudi tinggi dan berakhlak mulia (mengikuti Nabi Saw). Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digandaikan.

Ia juga seorang pebisnis sukses. Harta kekayaannya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam.

Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena dermawannya, sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya untuk Islam.

Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.

Kesetiaannya
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.

Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur.

Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah.  Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.

Keteguhan hatinya
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Saat itu sang paman memintanya untuk keluar dari keislamannya namun ia menolak dan tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.

Keberaniannya
Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti. Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti keberanian dan kepahlawanannya.

Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan  Rasulullah memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerbu Madinah.

Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.

Di perang Yarmuk, Zubair memimpin satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya.

Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi. Karena itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan mereka syahid.

Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang.

Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.
Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.

Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.

Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Pesan terakhir
Sebelum meninggal, Zubair berpesan kepada anaknya, karena ia punya utsng, maka ia berpedan : “Jika engkau tidak mampu melunasinya maka mintalah kepada pelindungku.”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menajwab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar utangnya, aku berkata, ‘Wahai Pelindung Zubair, lunasilah utangnya.’ Maka Allah melunasi utangnya.”

Judul asli di aplikai : Sejarah dan Biografi Singkat Zubair bin Awwam Sang Pembela Rasulullah SAW.
Sumbet : Aplikasi, Kisah Nyata Islami, alamatsitus: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.ainulhaqstudio.kisahnyataislami


Selasa, 15 Februari 2022

Penduduk Surga Yang Masih Berjalan Di Muka Bumi

 

Kisah Sahabat :

Beliau adalah Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu, seorang tokoh yahudi yang memeluk Islam. Memulai lembaran hidup yang baru, memperbaiki kesalahan, berusaha mendekat kepada Allah Azza wa Jalla, melalui jalan ilmu dan amal.

Beliau berusaha meminum air dari telaga ilmu dari sumbernya langung tanpa perantara (mendapatkan ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam).
Sehingga beliau menjadi seorang imam (pemimpin) yang berilmu, bahkan meraih gelar terindah dan tertinggi, beliau termasuk sahabat yang dipersaksikan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam  sebagai calon penghuni surga.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Tidaklah aku mendegar Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan kepada seorangpun yang masih hidup bahwa ia adalah penghuni surga kecuali kepada Abdullah bin Salam.” (HR. Bukhari no. 3601).

Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu  menyatakan diri menjadi muslim tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam hijrah ke kota Madinah. Beliau berkisah,
“Tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tiba di Madinah, manusia berjejalan menemui beliau dan saya termasuk diantara mereka. Setelah saya mengamati Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, saya langsung mengetahui melalui sinar wajahnya yang menunjukkan beliau bukan seorang pendusta. Ucapan pertama kali yang aku dengar langsung dari lisan Rasulullah shallallahu’alaihi wasllam kala itu beliau mengucapkan,
Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan (sedekah), sambunglah tali silaturrahmi (persaudaraan), shalatlah di malam hari tatkala manusia terlelap tidur maka kalian akan masuk surga dengan selamat.’ (HR.Ibnu Majah no.1334. Hadis shahih dalam Al-Irwa 3:239)

Inilah bukti, bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan, ketenangan dan keselamatan. Islam bukan agama yang mengajarkan pembunuhan, kekerasan, teror, pemberontakan dan pertumpahan darah sebagaimana yang digambarkan oleh orang–orang yang phobia (ketakutan tak betaladfan) terhadap Islam.

Andai saja mereka (orang-orang yang phobia) mengatahui tentang keindahan Islam tentulah mereka akan bertaubat dan akan masuk ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong.

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meceritakan, “Tatkala Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam datang ke kota Madinah, Abdullah bin Salam tengah berada di kebun kurmanya, lalu ia menemui Rasulullah  shallallahu’alaihiw asallam. Lalu berkata,
“Aku hendak bertanya dengan beberapa pertanyaan yang tidak ada satupun yeng mengetahui jawabannya kecuali seorang Nabi. Jika engkau mampu menjawabnya, pasti aku akan beriman kepadamu.”

Sahabat Anas melanjutkan,
“Lalu ia menanyakan pertanyaan pertama, tentang kemiripan seorang anak dengan orang tuanya, bagaimana itu bisa terjadi?; kedua, tentang apa yang pertama kali akan dibangkitkan (dihari kuamat); dan ketiga, makanan apa yang pertama kali akan dimakan penduduk surga ?. Maka Rasulullah shallallahu’alaihiw wasallam  menjawab, “Baru saja Jibril memberi tahukan kepadaku jawabannya.”

Abdullah bin Salam menimpali, “Jibril adalah musuhnya orang-orang Yahudi.”

Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menguraikan jawabannya,
“Adapun perihal kemiripan itu, apabila mani suami lebih dahulu keluar dari mani istrinya maka (anak) akan mirip ayahnya. Dan apabila mani istri lebih dahulu keluar dari mani suami maka (anaknya) akan mirip ibunya. Sedangkan sesuatu yang akan dibangkitkan pertama kali adalah api yang akan muncul dari arah masyriq (timur) dan manusia akan dibangkitkan ke arah maghrib (barat). Adapun makanan yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga adalah kepala api dan hati ikan paus.

Anas radhiyallahu’anhu melanjutkan,
“Kemudian Abdullah bin Salam beriman dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah Azza waJalla, lalu mengatakan, ‘Wahai rasulullah sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku tentu mereka akan mendustakannku dan akan mengata- ngataiku maka sembunyikanlah (keislaman) aku dan kumpulkanlah mereka dan tanyakan kepada mereka tentang diriku.’
Lalu orang-orang Yahudi dikumpulkan. Lalu Nabi shallalahu’alaihi wasallam bertanya,
”Apa pendapat kalian tentang Abdullah bin Salam?”

Mereka menjawab,
‘Dia adalah pemimpin kami, anak dari pemimpin kami, seorang alim diantara kami dan anak dari orang alim kami, orang terbaik diantara kami dan anak dari orang terbaik diantara kami.’

Lantas Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan,
‘Apa pendapat kalian jika seandainya ia telah masuk Islam, apakah kalian juga akan masuk Islam?

Mereka menjawab, ‘Dia berlindung kepada Allah. Dia tidak mungkin melakukan hal itu.’
Nabi shallallahu’alaihi wasallam memerin tahkan, "Sekarang keluarlah Abdullah bin Salam!!’
Maka keluarlah Abdullah bin Salam menemui mereka seraya menyatakan, ‘Aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’
Mereka lalu mengatakan, ‘Dia adalah sejelek-jelek orang dinatara kami dan anak dari orang terjelek diantara kami. Dia adalah orang paling bodoh diantara kami dan anak dari orang bodoh diantara kami.’

Abdullah bin Salam berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah tadi telah saya katakan bahwa mereka itu pendusta.’” (lihat Shahih Ibnu Hibban, 16:442. Hadis shahih. Lihat Shahih Mawarid Dham’an, 1908)
Diantara keutamaan beliau karena sebab beliau, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat Al-Qur’an yang akanl senantiasa di baca hingga hari kiamat. Allah Swt. berfirman :
“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil (yaitu Abdullah bin Salam) mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.(QS. Al-Ahqaf: 10).

Demikianlah perjalan sahabat yang mulia Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu yang telah menemukan kebenaran cahaya Islam. Semoga Allah meridhai beliau dan mengumpulkan kita bersama beliau di surga Allah Subahanahu wa Ta’ala

(Sumber: Aplikasi, 30 Sahabat Nabi. Judul asli Abdullah Bin Salam Pendududk Surga Yang Berjalan Di Muka Bumi,  Alamat : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.ainulhaqstudio.kisahsahabatnabi).

Senin, 14 Februari 2022

Binasa Karena Hasad


Ada seseorang yang mempunyai kedekatan dengan seorang raja, sehingga diangkat menjadi penasehat raja. Hampir setiap hari ia datang ke istana raja untuk memberikan nasehat-nasehatnya kepada sang Raja. Dan sang raja pun senang mendengarkan nasehat-nasehatnya, walau terkadang nasehatnya berulang kali disampaikan. Nasehai itu dilakukan dengan tulus ikhlas, tanpa pamrih.

Diantars nasehat-nasehatnya adalah :
"Pergunakanlsh kekuasan raja untuk menolong rakyatnya yang kesulitan, sehingga Tuhan pun akan menolong raja ketka mengalami kezulitan nanti di alam baka."

"Berbuat adillah kepada seluruh takyat, perlakukan semua sama di mata hukum. Jangan sampai hukum tajam ke bawah (kepada rakyat jelata) tapi tumpul ke atas (kepada para pejabat negara). Jangan berlaku zalim kepada rakyet sehingga raja tidak dihinakan nanti ketika raja kehilangan kekuasaan."

"Ingatlah bahwa orang yang curang dan jahat akan binasa dengan kejahatannya."

Diam-diam, ternyata ada orang yang tidak senang kepada penasehat raja tersebut. Bukan saja tidak senang bahkan ia hasad atau hasud (iri dan dengki) kepada penasehat  raja itu. Oleh sebab itu ia selalu mencari jalan bagaimana supaya bisa memisahkan orang tersebut dengan raja. Bahkan kalau mungkin ia bisa di binasakan.

Akhirnya, setelah menyusun rencana tipu dayanya yang matang, ia datang menghadap kepada raja dan berkata, “Wahai baginda raja, sesungguhnya penasehatmu itu yang selalu mendatangimu mengatakan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa "bau mulutmu sangat busuk!!”

“Apa benar seperti itu?” Tanya sang raja setengah tidak percaya.
"Benar raja !" Kata si penghasut.
"Kalau tuan raja tidak percaya, maka besok kalau ia dadang menghadap kepada tuan raja panggillah ia mendekat kepadamu, niscaya ia akan menutup hidung dan mulutnya!!” Kata di penghasut lagi.

Sang raja mulaui merespon bujukannya dan berkata,  kalau begitu “pulanglah engkau sekarang! Dan aku akan mengecek kebenaran ucapanmu itu!!” Maka pulanglah ke rumahnya si penghasud itu untuk mempetsiapkan tipu dayanya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke istana raja, penasehat tersebut diupanggil ke rumah si penghasud. Setelah fayang, penasehat raja itu disuguhi hidangan dan dipersilahkan memakannya. Ternyata si penghasud telah membubuhkan banyak bawang putih ke dalam masakan tersebut, sehingga setelah memakannya, mulut si penasehat raja itu berbau tidak sedap, bau bawang putih yang menyengat.

Setelah makan, penasehat raja itu segera berpamitan karena ia telah berjanji untuk menemui sang raja setiap harinya. Ia tidak punya waktu lagi untuk bisa menghilangkan bau mulutnya itu, sehingga ia terpaksa menghadap raja dalam keadaan seperti itu (mulutya berbau). Ketika ia bersiap sisp menyampaikan nasehat-nasehatnya, ternyata tidak seperti biasanya, tiba-tiba sang raja memanggilnya mendekat untuk duduk berhadapan. Sang raja ingin membuktikan ucapan sang penghasut kemarin. Karena takut bau mulutnya akan mengganggu sang raja, maka penasehat itu menutup hidung dan mulutnya. Bahkan sambil memberikan nasehatnya, ia tetap menutup mulutnya dengan tangannya, sehingga sang raja bertambah yakin dengan apa yang telah disampaikan oleh penghasud. Hal itu sudah diperhitungkan dengan matang oleh sang penghasud.

Melihat sikap penasehatnya itu, sang raja membenarkan ‘laporan’ si penghasud.
Maka sebelum penasehat itu pulang, sang raja menulis sepucuk surat untuk disampaikan kepada salah seorang pembesarnya sekaligus algojonya. Sang raja berkata dalam suratnya itu, “Jika surat ini telah engkau terima, hendaklah engkau membunuh pembawa surat ini! Setelah itu hendaknya engkau kirimkan kepadaku kepalanya sebagai bukti bahwa engkau telah melaksanakan tugasmu !”

Setelah diberi amplop tertutup dan disegel dengan cap kerajaan, surat itu diserahkan kepada penasehatnya  dan diperintahkan untuk membawanya kepada pembesar raja di suatu tempat. Setelah penasehat menerima surat itu tanpa curiga sama sekali ia segera berangkat menuju tempat yang telah diperintahkan. Sementara itu sang penghasud yang terus membuntuti dan mengawasinya kaget ketika ia melihat si penasehat ternyata masih hidup, dikiranya sudah dibunuh oleh raja. Bahkan dilihatnys membawa surat dengan amplop khusus dari sang raja. Biasanya orang yang memperoleh amplop seperti itu dari raja akan medapatkan hadiah dan pemberian yang sangat berharga dari raja, pikir si penghasud.

Karena memang mempunyai sifat dan watak hasud (sifat iri dan tidak senang jika orang lain mendapat kenikmatan, dan menginginkan hilangnya kenikmatan tersebut dari dirinya), maka ia menghampiri penasehat itu dan berkata, “Surat apakah itu?”
Sang penasehat itu berkata, “Surat ini ditulis sendiri oleh raja, dan aku diperintahkan untuk mengantarkannya !”
“Berikanlah surat itu kepadaku !” Kata si penghasud.
Penasehat itu mencoba bertahan dan berkata bahwa itu adalah tugasku. Namun si penghasud memaksa, sehingga ia (penasehat) menyerahkan surat itu kepadanya. Si penghasud merasa sangat senang dan gembira, karena menyangka bahwa ia akan mendapatkan hadiah dari pembesar raja seperti lasimnya. Penghasud itu segera berlalu menuju tempat tinggal pembesar yang ditunjukkan oleh penasehat raja.
Setelah tiba dan menyerahkan surat tersebut kepada pembesar, ia menunggu dengan gembira dan menebak-nebak, hadiah apa yang akan diterimanya. Tetapi tanpa disangka-sangka, pembesar itu justru  memerintahkan para prajuritnya untuk menangkap dan mengikatnya, sambil berkata, bahwa “dalam surat ini, raja memerintahkan untuk membunuh orang yang membawa surat ini, kemudian memenggal kepalanya!”

Betapa kaget dan seketika itu pucat pasi wajahnya  sambil berusaha berontak dan berkata, “sebenarnya surat itu bukan untukku. Ijinkanlah aku untuk menghadap dan menyampaikan hal ini pada raja!”
Sang pembesar tidak menghiraukan ucapannya, penolakannya hanya sia-sia belaka karena para prajurit itu begitu kuat memegangnya.
Sang pembesar berkata, “Surat raja tidak bisa dibantah, dan perintah raja harus segera dilaksanakan!!”

Sang algojo segera menyelesiaikan tugasnya dan kepala penghasud itu dikirimkan kepada raja. Ketika sang raja menerimanya, ia kaget, karena bukan kepala si penasehat itu. Karena itu raja memerintahkan prajuritnys untuk mendatangkan penasehat itu ke hadapannya. Ketika sang penasehat tiba di hadapan raja dan ia sama sekali tidak tahu bahwa si penghasud telah mati dipancung, sang raja berkata, “Mengapa engkau tidak melaksanakan tugadmu, mengantarkan sendiri surat itu seperti perintahku?

Penasehat itu, merara khaeatir dan takut kalau kalau ia akan di jatuhi hukuman karena lalai melaksanakan tugasnya. Sambil menceritakan semua apa yang dialaminya, dan meminta maaf kepada raja atas keteledorannya sehingga menyerahkan surat itu kepada orang lain.

Raja lalu bertanya, “Benarkah engkau telah berkata kepada orang disekitarmu bahwa bau mulutku sangat busuk ?”
“Astaghfirullah, tidak bena itu, wahai raja!!” "Itu fitnah !" Kata penasehat.
“Tetapi mengapa engkau menutup mulutmu ketika engkau kuperintahkan mendekat kepadaku!!” Tanya raja.

Penasehat itu menceritakan lagi peristiwa yang dialaminya sebelum ia menghadap raja pagi hari itu, bahwa ia telah diberi makan makanan yang telah dicampur bawang putih sehingga ia harus menutup hidung dan mulutnya. Raja mengangguk-anggukan kepalanya, mulai mengerti duduk perkaranya. Kemudian ia berkata, “Benar sekali ajaran dan nasehatmu, bahwa orang jahat itu akan binasa karena kejahatannya sendiri!!”

Demikianlah kisah ini, seperti pula kata pepatah, "siapa yang menggali lobang maka ia skan terlebih dahulu masuk kedalamnya" Maknanya adalah, "siapa yang berusaha mencelakakan orang maka bisa jadi justru ia terlebih dahulu celaka."

(Sumber: Aplikasi, Kisah Cerita Nyata Dalam Islam, Judul asli "Hasudnya Mencelakakan Dirinya Sendiri"' alamat situs: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.qailastudio.ceritaislamforex). 


Sabtu, 12 Februari 2022

Binasa Karena Ketamakannya

 

Nabi Isa AS. terkenal sebagai seorang nabi yang sangat zuhud. Suatu ketika ada seorang lelaki Bani Israil mendatangi beliau yang sedang sendirian dan berkata, “Wahai Isa, saya ingin bersahabat denganmu dan selalu ingin bersamamu!!”

Nabi Isa berkata, “Baiklah, marilah berjalan mengikutiku!!”

Beberapa waktu lamanya berjalan menyusuri sungai, lelaki yang mengikuti beliau merasa lapar. Ia berkata: wahai Isa bagaimana ini saya sudah lapar dan kita tidak bawa bekal. Nabi Isa mengajaknya beristirahat, dan beliau ‘mengeluarkan’ tiga potong roti dari balik bajunya. Entah, kapan beliau membelinya atau sejak kapan beliau menyimpannya di balik baju tersebu. Padahal dengan kezuhudannya, beliau tidak pernah membawa atau menyimpan makanan atau harta apapun ke manapun beliau pergi.

Nabi Isa menaruh tiga potong roti itu di depan mereka berdua, beliau makan satu potong dan lelaki itu juga makan satu potong. Tersisa satu potong yang dibiarkan begitu saja. Kemudian Nabi Isa turun ke sungai untuk minum. Dan ketika kembali ia melihat sepotong roti yang tersisa itu sudah tidak ada. Lalu Nabi Isa bertanya, “Siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”
“Saya tidak tahu!!” Jawab temannya.
(Nabi Isa menguji kejujuran temannya).
Nabi Isa menatapnya sejenak, kemudian mengajaknya pergi melanjutkan perjalanan. 

Beberapa waktu lamanya dalam perjalanan, mereka tiba di pinggiran suatu hutan. Beliau melihat seekor rusa dengan dua ekor anaknya, dan beliau memanggil salah satu anaknya. Setelah mendekat, beliau menyembelih rusa itu lalu memasaknya, dan kemudian memakan dagingnya berdua dengan temannya itu hingga habis. Setelah itu Nabi Isa (dengan mujizatnya) beliau memanggil anak rusa tersebut, dan dengan ijin Allah, tulang-tulang rusa itu dengan tiba-tiba  kembali menjadi anak rusa yang utuh dan berlari kembali ke induknya. Lelaki itu hanya bisa memandang kejadian itu dengan keheranan.

Nabi Isa lalu berkata kepadanya, “Demi Allah yang telah menunjukkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya ini !
Sekarang saya ingin bertanya kembali kepadamu, "siapakah yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu?”
(Lagi Nabi Isa menguji kejujuran temannya).
“Saya tidak tahu!!” Kata lelaki itu, masih bertahan dengan jawabannya semula.

Lagi-lagi Nabi Isa hanya memandangnya sesaat dengan tajam, kemudian mengajaknya melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, mereka terhalang oleh sungai yang cukup lebar, tidak ada tukang perahu atau rakit yang bisa dimintai tolong untuk menyeberangi sungai itu. Maka Nabi Isa (dengan mukjuzatnya) memegang tangan lelaki itu, dan menuntunnya berjalan di atas permukaan air dengan tenangnya. Ketika telah sampai di seberang, beliau berkata lagi, “Demi Allah yang telah menunjukkan padamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu?”

“Saya tidak tahu!!” Kata lelaki itu, masih saja bertahan dengan jawabannya.

Seperti sebelumnya, Nabi Isa hanya memandangnya sesaat dan mengajaknya meneruskan perjalanan. Tiba di tengah hutan, mereka beristirahat, Nabi Isa lalu  mengambil segenggam tanah dicampur dengan kerikil, dan mengepalnya menjadi tiga bagian sama besar. Setelah itu beliau bersabda, “Dengan ijin Allah, jadilah kalian emas!!” Maka tiga gumpalan tanah itu berubah menjadi emas. Lelaki itu tampak berbinar-binar matanya. Nabi Isa berkata sambil lalu, “Satu emas untukku, satu emas untukmu, dan satunya lagi untuk orang yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu!!”

Segera saja lelaki itu berkata, “Wahai Nabi Isa, akulah orang yang memakan roti yang ketiga itu!!”

Nabi Isa bangkit berdirivdan berkata, “Ini, ambillah semua emas ini, aku tidak memerlukannya, tetapi jangan pernah mengikuti aku lagi!!” (Nabi Isa kesal setelah membuktikan ketidak jujuran temannya, tapi juga serakah). Mabi Isa tidak ongin lahi berteman dengannya.

Nabi Isa kemudian pergi meninggalkannya. Namun, tampaknya temannya itu tidak perduli lagi untuk menemani Nabi Isa. Bahkan sampai beliau hilang dari pandangan, dengan tamaknya, ia masih asyik membolak-balik emas yang penuh ajaib tersebut. Tetapi tiba-tiba datang dua orang yang bermaksud merampas harta emasnya. Untungnya ia mempunyai kemampuan bernegosiasi. Dengan bujuk rayu, ia berhasil menggagalkan maksud ke duanya dan menjanjikan untuk membagi tiga harta yang dimilikinya sama rata, mereka berdua menyetujuinya.

Kini mereka bertiga berjalan bersama layaknya seorang sahabat akrab. Ketika merasa lapar, ia memberi uang kepada salah satu dari orang tersebut untuk membeli makanan di warung yang tempatnya agak jauh. Setelah temannya berlalu pergi, keduanya berbincang-bincang. Ia berkata, “Untuk apa kita mesti membagi tiga harta ini. Sebaiknya kita bagi untuk kita berdua saja. Jika temanmu itu datang, kita bunuh saja, gimana?” Tanya teman Nabi Isa tadi, mencoba mbujuk teman barunya.

“Ide yang brillian!! (katanya dalam hatonya). Biar aku yang melakukannya jika nanti ia muncul” Kata lelaki satunya, yang tampaknya tidak kalah tamaknya dengan teman barunya itu.

Tetapi sepertinya ketamakan itu juga tengah merasukii temanya yang sedang disuruh pergi membeli makanan itu. Terbersit dalam pikirannya, “Untuk apa susah-susah membagi hartanya itu, semua itu adalah milikku (katanya falam hatinya). Bagai mana catanya ? Biarlah makanannya nanti kucampuri dengan racun!!”

Setelah ia makan sepuas-puasnya di warung, dan meminta dua porsi makanan lainnya dibungkus, laku ia pergi membeli racun dan mencampurkannya dengan makanan dua temannya itu.

Begitulah, ketika ia kembali, begitu muncul, temannya langsung memukulinya dengan kayu yang cukup besar sehingga ia tewas seketika. Mereka berdua sangat gembira, mudah sekali memujudkan rencananya itu. Karena perut keroncongan, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum membagi harta emasnya. Tetapi belum sampai setengah porsi mereka habiskan makanannya, leher mereka itu serasa tercekik dan akgirnya mereka jatuh terguling, mati dengan mulut berbusa dan wajah membiru karena racun.

Tidak berlalu lama, Nabi Isa bersama beberapa orang temannya, beliau melewati tempat tersebut dan mendapati tiga mayat dengan harta emas berserakan di sekitarnya. Beliau mengenali satunya sebagai orang yang pernah mengikuti beliau itu. Beliau berpesan kepada teman-temantnya, katanya : “Inilah contohnya orang yang tamak kepada) dunia, hendaklah kalian berhati-hati dengan harta dunia ini, jangan serakah ! Karena itu akam membinasakanmu.

(Sumber: Aplikasi, Kisah Cerita Nyata Dalam Islam, 
alamat:https://play.google.com/store/apps/details?id=com.qailastudio.ceritaislamforex). 




Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...