Jumat, 12 Januari 2024

Orang Yang Beruntung

 Rasulullah SAW bersabda,

من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)

Artinya: "Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR Al Hakim). 

Kata rabih atau rabihat (beruntung)(Qs.2/16), sinonim (searti) dengan kata faaza atau fauzan , fauzan afziima, al faaizun. 
Maka ditemukan dalam ayat 

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. (Qs. Al Imran ayat 185).

Dan juga kata falah , al falah, al-muflihun (orang-orang yang beruntung). Ada juga kata hadzdzin, dzuu hadzdzin 'adzim (keberuntungan yang be𝚜ar). 
Disebutkan dalam Al-Qur'an 46 kali. 

Dari hadits Nabi Saw ini dapat kita petik pelajaran bahwa Islam menghendaki pemeluknya (kaum muslimin dan muslimat semuanya) untuk senantiasa meningkatkan kualitas kehidupan masing-masing. Kualitas kehidupan kita dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu dari segi materi atau harta, dari segi pemikiran atau intelektual, dan dari segi spiritualnya atau keagamaan atau keimanan. 

Biasanya seseorang itu bahagia kalau kebutuhan terutama kebutuhan sehari-harinya terpenuhi, apalagi jika usaha atau bisnisnya beruntung. Jangan lupa bahwa rezki berupa harta, terutama berupa makanan dan minuman harus memenuhi dua syarat yaitu halal dan baik (halaman toyibah). Dari segi halal, rizki berpa harta harus halal zatnya, sumbernya maupun cara memperoleh nya. Dari segi toyib atau baiknya harus berkualitas, jika itu berpa makanan harus bergizi. 

Kualitas intelektual kita meningkat karena ilmu kita bertambah, khusunya anak-anak, generasi muda kita karena pendidikan mudah dan murah terjangkau. Dan kehidupan spiritual kita, kehidupan beragama kita terjamin, aman, tertib, damai, rukun, nyaman dan bahagia.
Pertanyaan; Bagaimana  mewujudkan nya? Mesti harus ada kerja keras, usaha maksimal secara bersama-sama, secara kolektif dalam rumah tangga kita masing-masing, dalam lingkungan kita, dalam masyarakat, dan bahkan dalam berbangsa dan bernegara kita dengan pemerintah, penguasa, pemegang amanah rakyat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...