Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad (perjuangan) yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang adil) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Ali bin Abi Thalib pernah berkata,
لا يصلح للناس إلا أمير عادل أو جائر ، فأنكروا قوله : أو جائر فقال : نعم يؤمن السبيل ، ويمكن من إقامة الصلوات ، وحج البيت
“Masyarakat tidak bisa jadi baik jika hidup tanpa pemimpin, baik pemimpin tersebut adalah orang yang sholih ataupun orang yang zalim.” Ada yang menyanggah beliau terkait dengan kalimat ‘ataupun orang yang zalim. ‘Ali menjelaskan, “Bahkan dengan sebab penguasa yang zalim jalan-jalan terasa aman, rakyat bisa dengan tenang mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah.” (Tafsir Al Kabir wa Mafatih Al Ghaib karya Muhammad Ar Razi 13: 204).1
Jadi kalau kita cermati pernyataan kalimat pemimpin yang zalim tersebut yang dimaksud adalah pemimpin yang bisa melawan kezaliman lainnya yang akan mengganggu daerah kekuasaannya. Tapi jika krzalimannya dilakukan kepada masyarakatnya maka itulah yang dimaksud sebagai perjuangan (jihad) dalam menyatakan dan menyampaikan pendapatnya berupa tuntutan keadilan di hadapan pemimpin (penguasa). Dikatakan sebagai jihad (perjuangan) karena tentunya mengandung risiko kemarahan sang pemimpin tersebut yang bisa saja sewenang-wenang menindas rakyat yang melakukan protes terhadapnya, bisa dalam bentuk demonstrasi, dsb.
1Sumber https://rumaysho.com/3401-jihad-dengan-menasehati-penguasa-yang-zalim.html