Sabtu, 10 Juni 2023

SEUTAMA UTAMA PERJUANGAN

source image: kapanlagi.com

 Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Jihad (perjuangan) yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang adil) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Ali bin Abi Thalib pernah berkata,

لا يصلح للناس إلا أمير عادل أو جائر ، فأنكروا قوله : أو جائر فقال : نعم يؤمن السبيل ، ويمكن من إقامة الصلوات ، وحج البيت

“Masyarakat tidak bisa jadi baik jika hidup tanpa pemimpin, baik pemimpin tersebut adalah orang yang sholih ataupun orang yang zalim.” Ada yang menyanggah beliau terkait dengan kalimat ‘ataupun orang yang zalim. ‘Ali menjelaskan, “Bahkan dengan sebab penguasa yang zalim jalan-jalan terasa aman, rakyat bisa dengan tenang mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah.” (Tafsir Al Kabir wa Mafatih Al Ghaib karya Muhammad Ar Razi 13: 204).1

Jadi kalau kita cermati pernyataan kalimat pemimpin yang zalim tersebut yang dimaksud adalah pemimpin yang bisa melawan kezaliman lainnya yang akan mengganggu daerah kekuasaannya. Tapi jika krzalimannya dilakukan kepada masyarakatnya maka itulah yang dimaksud sebagai perjuangan (jihad) dalam menyatakan dan menyampaikan pendapatnya berupa tuntutan keadilan di hadapan pemimpin (penguasa). Dikatakan sebagai jihad (perjuangan) karena tentunya mengandung risiko kemarahan sang pemimpin tersebut yang bisa saja sewenang-wenang menindas rakyat yang melakukan protes terhadapnya, bisa dalam bentuk demonstrasi, dsb.

1Sumber https://rumaysho.com/3401-jihad-dengan-menasehati-penguasa-yang-zalim.html

Jumat, 09 Juni 2023

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِن أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ


Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari (untuk beramal). Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari (untuk beramal). Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”


TAKHRIJ HADITS

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333; Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain


Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1157. Kalimat di dalam tanda kurung [ ] tidak terdapat dalam riwayat al-Bukhâri.


KOSA KATA HADITS


أَخَذَ : Memegang

بِمَنْكِبَيَّ : Kedua bahuku. Maksudnya pangkal leher (tengkuk) dan pundak, karena ia yang menjadi sandaran.

إذَا أَمْسَيْتَ : Jika engkau berada pada waktu sore. Maksudnya masuk waktu sore.

وَإِذَا أَصْبَحْتَ : Jika engkau berada pada pagi hari. Maksudnya masuk waktu pagi.[1]

SYARAH HADITS

Hadits ini merupakan landasan agar manusia tidak memiliki angan-angan yang panjang di dunia. Orang yang beriman tidak sepantasnya menganggap dunia ini sebagai tempat tinggalnya yang abadi. Namun, Seyogyanya ia menganggap hidup di dunia ini seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian menempuh perjalanan yang teramat panjang (menuju akhirat). 


Ini sesuai dengan wasiat para Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalâtu was salâm dan para pengikut mereka. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan tentang keluarga Fir’aun yang beriman yang mengatakan:


يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ


Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Ghâfir/al-Mukmin/40:39)


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا


Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.


‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata :


اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ


Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal.


Umar bin Abdul Aziz rahimahullah  berkata dalam khutbahnya, “Sesungguhnya dunia bukan negeri yang kekal bagi kalian karena Allâh telah menetapkan kehancuran bagi dunia dan memutuskan bahwa penghuninya akan pergi. Betapa banyak bangunan yang kokoh tidak lama kemudian hancur atau roboh dan betapa banyak orang mukim yang sedang bergembira tidak lama kemudian dia meninggalkan dunia. Karena itu, hendaklah kalian —semoga Allâh merahmati kalian— memperbaiki kepergian kalian darinya dengan kendaraan paling baik yang ada pada kalian dan berbekallah, sesungguhnya bekal paling baik ialah takwa.”

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

كُنْ فِـي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir.


Jika dunia bukan negeri domisili dan tempat yang abadi bagi orang Mukmin, maka orang Mukmin harus bersikap dengan salah satu dari dua sikap: Pertama, seperti orang asing yang menetap di negeri asing dan obsesinya (tujuan dan cita-citanya) ialah mencari bekal untuk pulang ke tanah airnya. Kedua, seperti orang musafir yang tidak menetap sama sekali, dia terus melanjutkan perjalanannya siang dan malam menuju negeri abadi.

Referensi : https://almanhaj.or.id/13112-hiduplah-di-dunia-ini-seakan-akan-orang-asing-atau-musafir.html




Selasa, 06 Juni 2023

TADZKIRAH (PERINGATAN)


source image: islampos.com

بســـــم الله الرحمن الرحيم

Rasanya ini bisa kita jadikan untuk *koreksi diri*.

Telah wafat beberapa minggu yg lalu seorang penulis wanita dari Kuwait Nadiah al Jar rahimahallah. 

Menjelang wafatnya ia menulis makalah ini di dalam buku hariannya : 


Bila kematianku tiba aku tidak khawatir dan cemas tentang jasadku yang kaku. 

Kaum muslimin pastilah akan menunaikan apa2 yang sudah seharusnya mereka kerjakan ... Melepaskan seluruh pakaianku .. memandikanku, mengkafaniku .. mengeluarkanku dari rumahku .. membawaku ke rumahku yang baru ( (kuburku) orang banyak akan datang mengantarku kesana, diantara mereka bahkan ada yang menunda / membatalkan pekerjaan demi pemakamanku ini. 

Seluruh milikku tidak ada satupun yang aku bawa; kunci-kuncikuku, kitab-kitabku, tas-tasku, sepatu-sepatukuu, baju-bajuu dan yang lainnya. Bila keluargaku sepakat mereka akan menyedekahkannya agar bermanfaat bagiku. 

Yakinlah, dunia tidak akan bersedih karena kematianku, alam semesta tetap akan berputar seperti biasanya, perekonomian akan berlanjut, pekerjaanku akan digantikan orang lain, harta bendaku akan menjadi warisan. Sedangkan di alam kubur semua menjadi perhitungan dan tanggung jawabku, yang banyak ataupun sedikit.. bahkan yang kecil yang tak berharga sekalipun. 

Hal pertama yang akan hilang seketika aku mati adalah nama yg dengannya aku dipanggil di dunia ini, seketika aku mati mereka memanggilku dengan sebutan "jasad", waktu shalat mereka menyebutku "jenazah", ketika menguburku mereka menyebutku "mayyit." Jelas sekali kala itu,. bahwa nasabku, sukuku, status sosialku dan ketenaranku tidak berarti apa-apa, sama sekali tidak layak diagung-agingkan. 

Alangkah sepele/kecilnya dunia ini, dan alangkah bodohnya kita yang selama ini menganggapnya penting / besar. 

Untuk kalian yang masih hidup :

Kesedihan kalian atasku dapat dibagi 3 golongan.

1. Orang-orang yang hanya mengenalku biasa-biasa saja akan mengasihaniku sesaat.

2. Teman-teman akrabku akan bersedih dan merasa kehilangan selama beberapa minggu, setelahnya mereka akan kembali pada kehidupannya semula.

3. Keluarga/ahlul baitku akan bersedih berbulan-bulan, mungkin setahun, setelahnya aku pun akan tinggal sebagai kenangan.

Berakhirlah kisahku diantara manusia, bermulalah kisah hidupku dialam akhirat. Terimaelah hilang dariku kecantikanku, hartaku, keluargaku, semuanya, inilah hidup yang sesungguhnya.

Apakah yang sudah engkau persiapkan sebagai bekal akhiratmu hari ini ?? mumpung masih hidup  perhatikan lah amalan-amalan wajibmu sunnah-sunnahmu, sadaqahmu, rahasia amal shalih, mudah-mudahan diakhirat engkau selamat.

iBla engkau membantuku menyampaikan pesan-pesankuku ini sebagai pengingat sesama manusia, insya Alloh akan engkau temukan pahala di dalam timbangan amalmu kelak di akhirat, karena ini termasuk da'wah.

Aamiiin Yaa Rabbal'alamin. 


DUNIA ITU LEBIH HINA DARI BANGKAI

B
source image: kominfo.go.id

LETAKKAN DUNIA DI TANGANMU, AKHIRAT DI HATIMU, DAN KEMATIAN DI PELUPUK MATAMU

Rasulullah melewati sebuah pasar di daerah Awali dan orang-orang berada di sekelilingnya. Beliau melewati seekor anak kambing yang telah mati. Anak kambing itu bertelinga kecil. Beliau mengambilnya dan memegang telinganya lalu berkata, "Siapa yang mau membelinya dengan harga satu dirham?" Mereka menjawab, "Siapa di antara kami yang senang memilikinya? Apa yang bisa kami perbuat dengannya?" Beliau berkata, "Apakah kalian senang memilikinya?" Mereka berkata, "Jikapun dia hidup, dia tetaplah cacat. Lantas bagaimana lagi ketika dia sudah mati?" Beliau bersabda, "Demi Allah, dunia lebih hina di hadapan Allah daripada hinanya (bangkai) ini di hadapan kalian." 

(HR. Muslim no. 5257) sumber : www.darussalaf.com.

Dari hadits tersebut menjelaskan betapa hinanya dunia ini dalam penilaian Allah SWT. Tapi kenapa kebanyakan manusia lsangat mencintainya ? Karena memang manusia diciptakan dengan fitra senang kepada kemewahan kehidupan dunia. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an, surat At-Takatsur, ayat 1 dan 2.

Ayat ini turun berkenaan dengan dua kabilah dari golongan Anshar, yaitu Bani Haritsah dan Bani Harits yang saling membanggakan diri dan merasa lebih baik dari yang lain. Satu pihak berkata, 'Apakah pada kalian ada yang seperti si fulan dan si fulan?' (maksudnya orang-orang kayanya di kalangan mereka), pihak yang satu lagi juga melakukan hal serupa. Mereka saling membanggakan diri dalam hal orang-orang yang masih hidup. Selanjutnya, mereka saling berkata, 'Mari pergi ke pekuburan.' Disana, (setelah sampai di pekuburan mereka) sambil menunjuk-nunjuk ke kuburan, kedua pihak juga saling berkata, 'Apakah pada kalian ada yang sehebat si Fulan dan si Fulan?!' (maka) Allah menurunkan ayat ini, yang artinya  'Bemegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. 

Coba perhatikan, mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri, bahkan sampai orang kayanya yang sudah berkalang tanah pun mereka banggakan. Mereka tidak menyadari bahwa mereka orang-orang yang sudah wafat tidak ada yang membawa hartanya secuil pun, kecuali kain kafan yang dipakaikan untuk menutupi badannya (auratnya). 

Bahkan Al-Qur'an mengingatkan, Janganlah sekali-kali kalian terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak (berusaha mengumpulkan harta kekayaan) di negeri-mu, (karena itu) hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah (neraka) Jahanam, dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. 


Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...