Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba, sampai dia dimintai pertanggungjawaban tentang:
√ umurnya, untuk apa dia habiskan?
√ ilmunya, apakah diamalkan atau tidak?
√ hartanya, dari mana dia mendapatkan dan untuk apa dia belanjakan?
√ jasadnya (fisiknya/tubuhnya), untuk apa dia gunakan ?*
Tentang umur. Kita hidup di dunia ini hanya dalam waktu singkat, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa umur manusia sekarang, sekitar antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit yang lebih dari itu. Dari umur yang kita jalani (setiap orang berbeda-beda sesuai dengan takdirnya) berapa yang kita pergunakan untuk beribadah dan berapa yang kita gunakan untuk urusan dunia. Seharusnya seluruh hidup kita (umur kita) dipergunakan untuk beribadah, sesuai dengan firman Allah "Dan tidaklah Kami ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku" (Qs. Asy-Syariyah/51, ayat 56). Bisakah begitu ? Jawabannya, bisa. Yaitu dengan cara seluruh apapun yang kita lakukan kita niatkan karena Allah (mengharap Ridha Allah). Hal ini sesuai dengan Hadits 'Setiap amal ditentukan oleh niatnya, dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan". Dan itu adalah karakter orang yang beriman. Jadi orang yang beriman selain mendapatkan hasil kerjanya di dunia ini, sekaligus mendapatkan bekal untuk kehidupannya nanti di akhirat (yang biasa kita sebut dengan 'pahala' (balasan, ganjaran). Tetapi hanya dengan niat tentu tidak cukup, harus disertai (dibuktikan) dengan perbuatan atau tindakan yang benar yang biasa kita sebut dengan 'amal sholeh'. Jadi dalam hal ini ada tiga hal yang harus sinkron yaitu niat, perkataan dan perbuatan yang benar. Tidak hanya benar tetapi juga harus baik, bahkan sebaik-baiknya. Dengan demikian, Insya Allah umur kita bisa kita pertanggung jawabkan, bisa selamat.
Tentang ilmu. Ilmu yang kita miliki pastikan adalah ilmu yang benar, ilmu yang bermanfaat, bisa diamalkan. Jangan kikir dengan ilmu. Pakai prinsip "ilmu jika diamalkan akan bertambah, tapi jika tidak diamalkan akan hilang".
Tentang harta. Harta akan lebih berat prtanggung jawabannya, karena ada dua pertanyaan, yaitu dari mana diperoleh dan ke mana dipergunakan. Dari mana diperoleh, harus dari jalan dan cara yang halal dan baik. Dan kemana dipergunakan, kepada hal-hal yang bermanfaat, berguna, atau biasa disebut maslahat.
Tentang jasad atau tubuh kita. Kaki ke mana saja dilangkahkan, tangan ke mana saja dipergunakan, mata, telinga, dan seluruh anggota tubuh, mestinya semuanya dipergunakan kepada hal-hal yang berguna atau bermanfaat (bernilai ibadah).
Dengan demikian Insya Allah kita akan selamat dari hisab (perhitungan amal) di hari pembalasan (Akhirat).
*Sumber: (Hadits riwayat at-Tirmidzi no. 2417 dari sahabat Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar