Seorang lelaki bernama Awwam bin Husyaib baru saja pindah ke rumah di dekat suatu pemakaman. Pada waktu ashar, tiba-tiba dilihatnya dari salah satu kuburan muncul asap berwujud seorang lelaki berkepala keledai, dan mengeluarkan suara dengkingan (suara keledai) sebanyak tiga kali. Kemudian wujud asap itu masuk kembali ke dalam kubur. Tidak jauh dari kuburan tersebut, ada seorang wanita yang sedang memintal benang bulu.
Ibnu Husyaib begitu keheranan melihat pemandangan itu. Seorang wanita tetangganya yang melihat ekspresi keheranannya berkata, “Tahukah engkau wanita tua yang memintal benang bulu itu?” Sambil tetangganya itu menunjukkan tempatnya.
Ibnu Husyaib berkata, “Siapakah dia?”
“Dia adalah ibu dari lelaki yang kuburannya tadi berasap dan mengeluarkan suara dengkingan keledai!!” Kata tetangganya itu.
“Bagaimana ceritanya hingga bisa seperti itu?” Tanya Ibnu Husyaib.
Wanita itu kemudian bercerita, bahwa anak lelakinya itu sangat suka dan sering minum khamar. Suatu ketika sang ibu berkata kepadanya, “Wahai anakku, berhentilah minum khamar, takutlah kamu kepada Allah. Sampai kapankah engkau akan minum khamr ?”
Anaknya yang sedang dirasuki Syaithon karena pengaruh) khamr itu sehingga akalnya tidak sehat, berkata kepada ibunya, “Engkau medengking saja seperti keledai!! Anak lelakinya itu balik mencela Ibunya yang sedang menasehatinya.
Dan ternyata setelah waktu ashar di hari itu, anak lelakinya itu meninggal. Dan setelah dikuburkan, pada hari hari berikutnya, setiap waktu ashar kuburannya mengeluar kan asap berwujud dirinya yang berkepala keledai, dan mendengking tiga kali layaknya seekor keledai. Na'udzu Billah min dzalik (semoga Allah melindungi kita dari hal buruk seperti yang demikian itu).
Subhanallah (Mahasuci Allah).
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah singkat tersebut adalah, "janganlah sekali-kali membantah orang tua, terutama ibu, apalagi mencelanya." Karena ibu itu mmberi nasehat pertanda sayang kepada anaknya.
Bukankah Nabi Saw. pernah bersabda :
رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ
”Ridha Allah tergantung kepada ridha kedua orang tua dan murka-Nya tergantung kepada kemurkaan keduanya” (Riwayat Ath Thabarani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar