Senin, 11 September 2023

DICIBIR KARENA GAK TAHLILAN

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dizaman now acara tahlilan seakan merupakan suatu keharusan di pandangan sebagian masyarakat. Bahkan merupakan celaan yang besar jika seseorang meninggal lalu tidak ditahlilkan. Sampai-sampai ada yang berkata, "Kamu kok tidak mentahlilkan saudaramu yang meninggal??, seperti NGUBURIN KUCING aja !!!".

Tidaklah diragukan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah kehilangan banyak saudara, karib kerabat, dan juga para sahabat beliau yang meninggal di masa kehidupan beliau. Anak-anak beliau (Ruqoyah, Ummu Kaltsum, Zainab, dan Ibrahim radhiallahu 'anhum) meninggal semasa hidup beliau, akan tetapi tak seorangpun dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi ﷺ. Apakah semuanya dikuburkan oleh Nabi seperti menguburkan kucing??.

Istri beliau yang sangat beliau cintai Khodijah radhiallahu 'anhaa juga meninggal di masa hidup beliau, akan tetapi sama sekali tidak beliau tahlilkan. Jangankan hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000 bahkan sehari saja tidak beliau tahlilkan. Demikian juga kerabat-kerabat beliau yang beliau cintai meninggal di masa hidup beliau, seperti paman beliau Hamzah bin Abdil Muthholib, sepupu beliau Ja'far bin Abi Tholib, dan juga sekian banyak sahabat-sahabat beliau yang meninggal di medan pertempuran, tidak seorangpun dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi ﷺ... Lantas APAKAH Nabi kurang ajar dan gak berbakti ??

Allahu yahdik

Demikian pula jika kita beranjak kepada zaman al-Khulafaa' ar-Rosyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) tidak seorangpun yang melakukan tahlilan terhadap saudara mereka atau sahabat-sahabat mereka yang meninggal dunia... Apakah para sahabat juga kayak orang yg mungkuburkan KUCING ?? .

Ketahuilah..bahwasanya orang2 yang merasa kurang dengan apa yg telah Nabi ﷺ ajarkan berarti sama saja dia telah merasa pintar dan merasa lebih tau dari Nabi ﷺ.

Seakan-akan dia telah berkata "Ma'af Ya Rasulullah saya lebih tau daripada anda, seharusnya ini begini dan ini lebih baik ditambah begini"

"Ma'af Ya Rasulullah saya lebih tau daripada anda, anda nggak ngerti, seharusnya kalo ada orang yang mati LEBIH BAIK ditambahin dgn acara TAHLILAN biar kesannya gak kayak nguburin kucing"

BerIslam lah yg kaffah jangan setengah2,,lebih baik mana di musuhi banyak orang apa satu orang yaitu Nabi muhammad shalallahu alaihi wa sallaam,,,,? mau di usir dari telaga Rosululloh gara2 membuat2 amalan baru,,,? 

Allahul musta'an

Mari bersama berdakwah tebarkan mamfaat! Jadikan media sosialmu pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.

Salam......Melani Ummu Aisyah

Barakallahu Fiikum

 (Dari WA Sang Surya, 11 Sep. 2023).




SPIRIT TAHAJUD

Diceritakan dalam sejarah Islam bahwa Ubaidah ibn al-Jarrah, jenderal yang memimpin tentara Islam dalam pertempuran melawan Romawi, pernah berkirim surat kepada Khalifah Umar ibn al-Khattab menceritakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dalam surat balasannya Khalifah Umar menyuruh Ubaidah agar bersabar dan tahan uji, karena Allah akan memberikan banyak kemudahan di balik kesulitan itu. 


Sabar dan tahan uji, serta penuh harap (optimisme) terhadap pertolongan Allah seperti dipesankan Khalifah Umar di atas haruslah menjadi keyakinan kaum beriman. Dalam Alquran ditemukan banyak ayat yang menjanjikan kemudahan di balik kesulitan. Allah berfirman, 

 لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا 

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(Al-Thalaq: 7). 

Dalam ayat lain, kemudahan itu dikatakan datang bersama dengan kesulitan itu sendiri. Dengan kata lain, dicelah-celah setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Perhatikan firman Allah ini: 

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

"Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."(Al-Insyirah: 5-6). 

Kemudahan itu, tentu saja tidak datang secara cuma-cuma. Dibutuhkan sekurang-kurangnya tiga syarat untuk mendapatkannya. *Pertama*, usaha dan kerja keras dari setiap orang yang diterpa kesulitan. *Kedua*, sabar dan tahan uji dalam mengatasi dan menanggulangi kesulitan itu. *Ketiga*, penuh harap dan optimistik bahwa kesulitan itu akan segera berlalu. 

Dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairah dikatakan bahwa pertolongan Allah pasti datang sebesar bantuan yang diperlukan (nazala al-ma'unah 'ala qadr al ma'unah) dan kesabaran pun datang sebesar musibah yang menimpa (nazal al-shabr 'ala qadr al-mushibah).

Sejalan dengan makna hadis ini, Imam Syafi'i pernah memberikan nasihat. Katanya, "Siapa yang meyakini kebesaran Allah, ia tidak akan pernah ditimpa kehinaan. Dan siapa yang menyandarkan harapan kepada-Nya, pastilah harapan itu menjadi kenyataan (wa man raja-hu yakunu haitsu raja). 

Optimisme seperti dikemukakan di atas sungguh penting agar manusia tidak gelap mata melihat masa depan. Manusia pada umumnya mengambil dua sikap dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.

*Pertama*, sikap patah semangat dan putus asa. Sikap ini tentu bukan sikap dan watak dari seorang yang beriman. 

قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ

"Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat." (Alhijr: 56). 

*Kedua*, sikap penuh harap (optimisme) disertai instrospeksi dan mawas diri. Orang yang mengambil sikap ini tidak pernah menimpakan kesalahan kepada pihak lain, apalagi kepada Tuhan. Ia tidak pernah berprasangka buruk (su'u zh-zhan) kepada Allah meski doa yang setiap saat dipanjatkan belum juga terkabul. Ia justru mengevaluasi diri kalau-kalau perjuangan dan doa yang dilakukan belum optimal. 

Dalam soal doa ini barangkali perlu disimak nasihat seorang pujangga. Katanya, "Kalau di tengah kegelapan malam Anda meminta siang hari datang, berarti permohonan Anda sia-sia. Tapi bila kepekatan malam telah mencapai puncaknya, pastilah fajar segera menyingsing, dan dalam kecerahan fajar itu, banyak hal bisa Anda lakukan.". Jadi selain berdoa kita harus jihad dan kerja keras dan terus bekerja keras tanpa kenal lelah. Ketika itu, kemudahan pasti akan datang, dan badai pun pasti berlalu. Semoga. (Mujaddid Ashari Akib - Tabligh PWM). 



Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...