Kamis, 30 Maret 2023

Do'a Sholat Dhuha

 Do'a sholat dhuha dibaca setelah selesai mendirikan sholat dhuha. Berikut bacaannya:



اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُك

للّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ


Allahumma innad dhuhaa'a dhuhaa'uka wal bahaa'a bahaa'uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrata qudratuka wal 'ismata 'ismatuka.


Allahumma in kaana rizqii fis samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'ssiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba'iidan fa qarribhu. Bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita 'ibaadakash shalihiin.

Artinya:

"Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, dan keagungan adalah keagungan-Mu, dan keindahan adalah keindahan-Mu, dan kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu.


Ya Allah, apabila rezekiku masih diatas langit, maka turunkanlah, dan apabila ada di dalam bumi, maka keluarkanlah, dan apabila sulit, maka mudahkanlah, dan apabila haram, maka sucikanlah, dan apabila masih jauh, maka dekatkanlah. Demi kebenaran waktu dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepadaku segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh,"


Senin, 27 Maret 2023

Sepuluh Sahabat Nabi dijamin masuk Surga

 Hadis riwayat Abdurrahman bin Auf:

أبو بكر في الجنة، وعمر في الجنة وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة، وعبد الرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة

Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad bin Abi Waqqas di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan An-Nasai).

Jumat, 10 Maret 2023

Mutiara Hadist: Saling Membantu Sesama Muslim

Teks Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ في عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِوَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الجَنَّةِ.  وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِهَذَا اللَّفْظِ.

 

Terjemah Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan orang yang kesulitan (utang), maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya sebagaimana ia menolong saudaraya. Barangsiapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah berkumpul sekelompok orang di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat meliputinya, para malaikat mengelilinginya, dan Allah menyanjung namanya kepada Malaikat yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak akan bisa dikejar oleh nasabnya (garis keturunannya yang mulia).” (HR. Muslim dengan lafal ini).

 Dari Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda,

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ (رواه أبو داود)

Artinya: "Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian," (HR Abu Dawud).

Rosulullah bersabda :

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْه

“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.  (HR. Muslim)


Kamis, 02 Maret 2023

KEPERGIAN YG MENINGGALKAN KENANGAN MANIS

KEPERGIAN YG MENINGGALKAN KENANGAN MANIS

(Kematian Yang Menghidupkan)

M. Izzul Muslimin

Tulisan ini sengaja dibuat sehari setelah genap seratus tahun kematian KH Ahmad Dahlan. Seratus tahun hanyalah soal perhitungan waktu, dan bukan itu sebenarnya yang menjadi perhatian kita. Tapi kita ingin mengambil ibrah atas kepergian seseorang yang menghadap penciptanya dengan bekal yang sangat cukup dan juga memberi teladan bagi mereka yang ditinggalkannya.


KH Ahmad Dahlan wafat pada usia yang belum terlalu tua, yaitu kurang dari 55 tahun. Setahun sebelum meninggal Beliau menderita sakit paru-paru sehingga dokter menyarankan agar beristirahat di Tretes, Jawa Timur. Alih-alih beristirahat, KH Ahmad Dahlan justru sibuk menyampaikan dakwah di sekitar tempat istirahatnya. Karena tidak kunjung membaik, akhirnya Beliau dibawa kembali pulang ke Yogyakarta.


Dokter pun menyarankan agar sementara waktu berhenti dulu dari aktivitas dakwah dan berorganisasi, namun saran itu ditolaknya. Bahkan saat istrinya mengingatkan agar tidak keluar rumah dulu, KH Ahmad Dahlan berkata; _"Janganlah dokter dan istriku menjadi syaitan yang menghalangiku untuk berjuang. Waktuku tinggal sedikit, biarlah aku menyelesaikan kewajibanku ini agar kelak aku bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah"_.


Tanggal *23 Februari 1923 KH Ahmad Dahlan meninggal dunia*. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya KH Ahmad Dahlan mengumpulkan istri dan anak-anaknya serta teman dan murid terdekatnya. _"Nampaknya ajalku akan sampai. Aku sudah tidak lagi memiliki apa-apa yang bisa aku wariskan kepada kalian. Aku hanya punya Muhammadiyah yang ingin aku titipkan kepada kalian. *Rawatlah dan hidup-hidupilah Muhammadiyah, dan janganlah kalian mencari penghidupan dari Muhammadiyah*"._


Dalam hidupnya KH Ahmad Dahlan *benar-benar mendedikasikan waktu, tenaga, dan hartanya untuk berdakwah, khususnya melalui Muhammadiyah*. Oleh karena itu di akhir hidupnya KH Ahmad Dahlan tidak memiliki harta berlimpah. Suatu ketika Beliau pernah menasehati para muridnya : _"Kalian jangan berteriak akan menyerahkan nyawa kalian untuk membela agama, karena sesungguhnya nyawamu itu menjadi wewenang Allah kapan akan mengambilnya. *Berkorbanlah kamu dengan hartamu, karena harta itulah yang kelak akan menyelamatkanmu di akhirat*"_


KH Ahmad Dahlan benar-benar telah berdagang kepada Allah SWT dengan keberuntungan yang besar. Betapa tidak? Setelah ditinggalkannya, Muhammadiyah bukan surut tetapi justru semakin berkembang dan meluas dengan berbagai amal sosialnya yang membawa manfaat bagi ummat Islam dan masyarakat luas. Bahkan Muhammadiyah telah menjadi ladang amal bagi banyak orang tanpa mengurangi nilai jariyah para pendirinya.


Lalu apa yang menjadi kunci bagi Muhammadiyah sehingga tetap bisa membawa kemanfaatan bagi masyarakat luas ? Semua tidak lepas dari *semangat keikhlasan dan kepedulian sosial* kepada sesama. Muhammadiyah memulai usahanya *bukan atas dasar pertimbangan untung rugi yang bersifat material belaka*. Keuntungan yang ingin diraih Muhammadiyah adalah *seberapa besar usahanya membawa kemanfaatan bagi lingkungan sekitarnya*. Jika dalam usahanya tersebut terdapat keuntungan yang bersifat materi maka keuntungan itu akan dikembalikan menjadi modal untuk *memperbesar kemanfaatan*, bukan hanya untuk *memperkaya diri sendiri*. 


Oleh karena itu kita harus memahami pesan terakhir KH Ahmad Dahlan agar tidak mencari penghidupan dari Muhammadiyah, jangan dipahami secara sempit bahwa kita tidak boleh menerima upah atau gaji dari Muhammadiyah, tetapi *janganlah kita menuntut lebih kepada Muhammadiyah* untuk mendapatkan sesuatu, sementara apa yang kita berikan untuk berdakwah dan berjuang lewat Muhammadiyah tidaklah sepadan bahkan *jauh dari apa yang didapatkan dari Muhammadiyah*. 


Namun begitu, untuk saat ini tidaklah pantas jika ada orang yang berani mengatakan bahwa dia telah berbuat yang terbaik untuk Muhammadiyah, apalagi *merasa punya jasa besar untuk Muhammadiyah*. Ketahuilah bahwa *saat ini kitalah yang diuntungkan oleh Muhammadiyah*. Bahkan jika kita menyerahkan seluruh tenaga, waktu, dan harta kita kepada Muhammadiyah, kita pun masih diuntungkan karena *yang kita berikan kepada Muhammadiyah jauh lebih besar dirasakan kemanfaatannya* daripada jika itu semua hanya kita usahakan sendiri. Ibarat kita menuangkan air, jika kita tuang sendiri ke tanah maka hanya bisa untuk menyiram satu tanaman. Tapi jika air itu kita tuangkan ke sungai besar, maka air itu akan berlipat-lipat kekuatan dan kemanfaatannya. Itulah gambaran jika kita beramal lewat Muhammadiyah. Amal jamaah kita akan dirasakan jauh lebih besar dan luas karena adanya *sinergi dan kolaborasi amal*. 


KH Ahmad Dahlan memang telah meninggalkan kita semua, tetapi sungguh kematiannya justru telah menghidupkan dirinya hingga saat ini. Maka pantaslah jika Allah berfirman:

_"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh (meninggal) di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya."_

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 154) 


Gunung Salak, 24 Februari 2023 


_cp.wag.ppipm-irm_


Rabu, 01 Maret 2023

Abdul Mu’ti: Hati-hati, Ghibah Digital Dosanya Berkali-kali Lipat

 


MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO—Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menjadi narasumber dalam acara Tabligh Akbar yang digelar di Gedung Ukhuwah Islamiyah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Ahad (26/02). Dalam ceramahnya ia mengatakan bahwa ghibah tidak pernah menjadi budaya di Muhammadiyah.


Ia mengimbau agar warga Persyarikatan tidak melakukan ghibah digital. Berbeda dengan ghibah konvensional, ghibah digital ialah membicarakan keburukan-keburukan orang lain dengan memanfaatkan teknologi informasi. Sebagai alat, teknologi informasi semestinya digunakan untuk hal-hal yang mengandung berkah bukan amarah. Hal ini sejalan dengan misi Muhammadiyah yaitu menegakkan kesalehan digital.


“Jangan sampai nanti banyak bersliweran di grup-grup whatsapp menjelekkan orang lain. Jangan sampai nanti ada yang namanya ghibah digital. Jadi orang ghibah dengan menggunakan teknologi digital. Ghibah digital itu tidak boleh,” kata Abdul Mu’ti dalam ceramahnya



Featured Post

JADILAH SEPERTI MUSAFIR

source image: detik.com عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَل...