Wais al Qarni, dikenal sebagai penghuni langit setelah wafatnya.
Wais Al Qarani lahir di suatu desa terpencil dekat Nejed, Yaman. Nama kampungnya adalah Qarani, oleh sebab itu ia sering dipanggil Wais al Qarani atau WIs al Qarni. Tidak ada yang mendokumentasikan tanggal kelahirannya.
Wais adalah sosok pemuda yang sholeh dan sangat memuliakan orang tuanya tertimewa ibunya yang tinggal satu-datunya yang menemani dalam hidupnya, karena ayahnya telah wafat terlebih dahulu. Wais juga punya psnyakit sofak, terdapat belang-belang di sekujur tubuhnya.
Tinggalah bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, Wais bekerja sebagai penggembala domba dan unta. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang hidup kesehariannya bersama sang ibu. Meskipun ia dalam keadaan tidak berkecukupan namun ia rajin betsedekah, membantu tetangganya yang juga serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh, tidak mempengaruhi kegigihannya dalam beribadah. Ia tetap melakanakan puasa di siang hari dan bermunajat (sholat) di malam hari.
Wais masuk Islam setelah mendengarkan berita Nabi Muhammad SAW dari Madinah. Akhirnya Wais ingin sekali bertemu dengan Nabi SAW.
Maka pada satu waktu, Wais meminta izin kepada ibunya untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW yang saat itu berada di Madinah. Ibunya mengizinkannya dan berpesan kepada Wais agar cepat pulang karena Ibunya sakit-sakitan. Alhasil Wais tiba di Madinah, Wais langsung menuju rumah Rasulullah. Namun sayang Wais tak bisa menemui Rasulullah sebab sedang di medan perang.
Wais hanya bertemu dengan Aisya RA. isteri Nabi SAW. Setelah beristirahat sejenak, teringat pesan sang ibu agar lekas kembali ke Yaman, Waais dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah RA, istri Rasulullah yang ketika itu ada di rumah. Tak lupa dia menitipkan salam untuk Rasulullah.
Beberapa hari kemudian, Rasulullah datang, maka Aisyah mberi tahu Nabi tentang Wais. Maka Nabi memberi tahu Aisyah bahwa dia itu manusia langit.
Wais Al Qarani senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya ada satu permintaan yang sulit dipenuhi, yaitu menunaikan ibadah haji. Namun Wais tweuz berusah dan berdo'a.
Di usianya yang sudah tua, ibunya pernah berkata, “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi hidup bersamamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat menunaikan ibadah haji,” pinta sang ibu.
Iya ibu do'akan agar Wais dapat membawa ibu berkunjung ke Baitullah, jawab Wais.
Ibunya menangis tetharu, mendemgar jawaban anaknya.
Mendengar keinginan sang ibu, Wais termenung sejenak, mengingat perjalanan ke Makkah sangatlah jauh. Harus melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya berkunjung ke sana menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Lantas bagaimana hal itu bisa dilakukan Wais yang miskin dan tidak memiliki unta ?
Wais Al Qarani terus berpikir mencari cara bagaimana supaya ibunya bisa menunaikan ibadah haji. Kemudian, dibelilah seekor anak domba. Lalu timbul pertanyaan, untuk apa anak domba itu dibeli ? Tidak mungkin pergi haji naik domba. Wais Al Qarani membuatkan kandang dombanya di puncak bukit. Setiap pagi bolak-balik menggendong anak domba itu naik turun bukit. “Wais gila... Wais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Wais yang aneh. Ya, banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya itu. Namun Wais tidak menghiraukannya.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan menggendong anak dombanya itu naik-turun bukit. Makin hari anak domba itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Wais untuk menggendongnya. Tetapi karena latihan tiap hari, anak domba yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah sekitar 8 bulan dpmbanya, sampailah pada musim haji. Domba Wais Al Qarani telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot-otot Waiis Al Qarani yang makin kuat. Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang, apa maksud Wais Al Qarani menggendong domba setiap hari? Ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.
Wais Al Qarani lantas menggendong Ibunya dengan berjalan kaki dari Yaman ke Makkah. Subhanallah, alangkah besar cinta Wais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Setelah sampai di Mekah Wais Al Qarni berjalan tegap menggendong ibunya tawwaf di Ka’bah lalu wukuf di Arafah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Wais Al Qarani.
“Bagaimana dengan dosamu nak?” tanya sang Ibu.
Wais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga." kata Uwais.
Setelah berdo'a, penyakit belang-belang Wais, alhamdulillah sudah hilang. Tinggal ada satu di tengkuknya berbekas.
Rasulullah sempat berpesan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mencari Wais Al Qarni.
"Carilah ia (Wais al Qarni), dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian," Dia itu manusia langit. Dia punya tanda di tengkuknya bekas penyakit sopak.
Siapa sebenarnya Wais al Qarni, sehingga begitu istimewa bagi Rasulullah?
Wais al Qarni adalah senantiasa memenuhi keinginan ibunya. Sang ibu yang sudah tua sangat ingin sekali pergi haji. Padahal dengan kondisi ketika itu ia tak ada uang, Uwais merasa berat untuk memenuhi keinginan sang Ibu.
Dari Yaman, perjalanan ke Makkah sangatlah jauh. Melewati padang tandus yang panas. Orang-orang yang pergi ke Makkah biasanya menggunakan unta untuk membawa perbekalan yang cukup.
Wais terus berpikir untuk mencari jalan keluar agar ibunya bisa berangkat ke Tanah Suci. Kemudian, ia membeli seekor anak domba, dan Wais membuat kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Banyak orang yang menganggap aneh tindakan Wais tersebut. Ternyata kemudian diketahui bahws Wais melatih otot-ototnya supaya kuat menggendong ibunya.
Setelah 8 bulan berat domba Wais telah mencapai hampir 100 kilogram. Saat tiba musim haji, Wais merasa otot-ototnya sudah kuat dan siap mengangkat beban berat. Dia pun menggendong sang Ibu dari Yaman ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sampai dii tanah suci, Wais al Qarni dengan tegap menggendong ibunya wukuf di Arafah dan Thawaaf di Kakbah. Di depan Kakbah air mata sang Ibu tumpah. Wais pun berdoa agar diampuni dosa-dosanya dan dosa ibu,nya serta disembuhkan penyakitnya.
Itulah keinginan Wais Al Qarani yang tulus dan penuh cinta. Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya. Wais Al Qarani seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya.
Beberapa tahun kemudian, Wais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat beliau akan di mandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan ingin memandikannya. Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa ke pekuburannya, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Wais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Wais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak beliau dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Wais Al Qarni? Bukankah Wais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal, mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakaman Wais al Qarni.”
Berita meninggalnya Wais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Wais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Wais Al Qarni disebabkan permintaan Wais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang beliau. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Wais Al Qarni adalah penghuni langit..
Wais Al Qarani termasuk tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam kezuhudan juga sebaik-baik tabiin hal ini sesuai hadis muslim dari Umar bin Khattab ra berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baiknya tabiin adalah seorang lelaki bernama Wais, beliau memiliki seorang ibu dan ia berbakti kepadanya, ia juga memiliki tanda putih, suruhlah ia memintakan ampun kepada kalian